Sabtu, 08 Desember 2018

Banjir Tak Surutkan Semangat Siswa SD Aceh Pergi Sekolah, Gunakan Ban Hingga Bawa Baju Ganti

Siswa SDN 7 Teunom Menerjang Banjir Menuju Sekolah (photo. BeritaKini.co )

Hujan tiba, Banjir pun melanda. 
Selain merendam pemukiman warga, banjir juga mengenangi fasilitas umum di Aceh Jaya.
Termasuk SDN 7 Teunom di Desa Pasie Geulima, yang terendam banjir setinggi lutut orang dewasa. 
Air setinggi setinggi 30 sampai 40 centimeter mengenangi satu-satunya akses jalan, hingga menyulitkan para siswa  pergi ke sekolah. Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat para siswa untuk menuntut ilmu.
Berbagai cara dilakukan para siswa untuk menembus banjir.
Ada yang menggunakan ban sebagai rakit agar tidak basah, ada pula yang menggunakan baju biasa saat melewati banjir dan baru mengenakan baju seragam saat tiba di sekolah. Banjir dihadapi dengan perjuangan demi untuk mengejar ilmu pengetahuan.
Dikutip dari BeritaKini.co yang menyebut desa Pasie Geulima memang salah satu wilayah langganan banjir di Aceh Jaya , jika  sudah memasuki musim penghujan. Dari keterangan M. Isa, salahseorang warga yang juga anaknya harus menerjang banjir menuju sekolah,  banjir kali ini disebabkan jebolnya tanggul Krueng Teunom. Sehingga air menyebar ke pemukiman warga dan merendam fasilitas umum yang ada di sana.
“Tanggul itu jebol lebih kurang sudah hampir 5 bulan, pernah ditangani oleh pemerintah, namun kami tidak tau kenapa saat ini jebol lagi,” ucapnya.
M. Isa dan warga  di kawasan itu sangat berharap pemerintah serius mencari solusi mengatasi banjir, agar kegiatan masyarakat dan aktifitas anak sekolah tetap berlangsung dengan lancar.
Share:

Sabtu, 01 Desember 2018

Seruan Habib Rizieq Syihab Untuk Reuni 212 Tahun 2018

https://www.youtube.com/watch?v=bHOgJNLtiDI
Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Muhammad Rizieq Syihab menyerukan umat Islam Indonesia untuk hadir pada acara Reuni Akbar 212 yang akan diselenggarakan pada Ahad (2/12) di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta.

Seruan itu disampaikan Habib Rizieq lewat sebuah video berdurasi 6:48 menit yang diunggah akun Front TV, channel Youtube milik FPI, Jumat (30/11).
https://www.youtube.com/watch?v=bHOgJNLtiDI


“Kepada segenap umat Islam dan seluruh bangsa Indonesia yang saya cintai, saya serukan untuk hadir ke acara reuni akbar mujahid dan mujahidah 212 di Monas Jakarta yang juga merupakan reuni akbar pejuang 212 dari seluruh elemen bangsa Indonesia,” kata Habib Rizieq.

Menurut Habib Rizieq, Reuni Akbar 212 adalah momentum kebangkitan umat Islam dan rakyat Indonesia, sehingga acara tersebut memiliki arti yang mendalam, bukan hanya sekedar nostalgia. Acara tersebut juga menjadi ajang konsolidasi melawan kezaliman.

“Reuni Akbar 212 bukan sekedar reuni untuk bernostalgia para pejuang 212 tapi juga merupakan media konsolidasi umat Islam dan rakyat Indonesia untuk melawan kezaliman dan menegakkan keadilan. Reuni Akbar 212 adalah momentum kebangkitan umat Islam dan rakyat Indonesia untuk menuju perubahan ke arah yang lebih baik, Insya Allah,” katanya.

Tak lupa, Habib Rizieq yang hingga saat ini masih di Arab Saudi mengingatkan kepada para peserta yang akan hadir pada Reuni Akbar 212 harus dimulai dengan niat yang tulus, ikhlas, dan tertib sehingga Reuni Akbar 212 menjadi acara yang super damai.

“Saya ingatkan kepada semua pihak agar jangan ada yang menggembosi apalagi merusak acara Reuni 212. Dan kepada segenap laskar dan pendekar serta jawara dan sakera wajib waspada dan siaga untuk menjaga keamanan dan ketertiban,” katanya.

Terakhir, Habib Rizieq juga berpesan kepada para peserta Reuni Akbar 212 agar selalu bersatu dan bahu-membahu serta selalu bersaudara untuk saling tolong-menolong dan saling mengingatkan kepada sesama saudaranya agar tidak terprovokasi oleh pihak manapun.

“Ingat, jangan ganggu orang lain, jangan rusak taman dan tanaman, jangan buang sampah sembarangan, jangan berkata kasar atau kotor, jangan buat kemaksiatan dan kemungkaran. Ingat, hormati aparat keamanan dan jaga para habaib dan ulama,” katanya.  
Sumber : minanews.com


Share:

Kisah Bupati di Antara Penjilat dan Tukang Fitnah

Akhir Tahun 1987 lalu saya pernah bertemu dengan almarhum Pak Nurdin AR, Bupati Pidie pada masa itu. Saya dan beberapa rekan dari lembaga survei Indoconsult Jakarta sengaja datang ke pendopo, setelah membuat perjanjian sebelumnya.

Bukan kali itu saja bertemu almarhum. Sebagai kolega satu almamater, sama tempat bertugas mengajar, saya sering duduk bersama almarhum, berdiskusi banyak hal. Sikapnya yang terbuka, blak-blakan, dan rada nyentrik, sangat menyenangkan.
 
Dalam sebuah seminar, saat peresmian Gedung baru Bank Ekspor-Impor Indonesia (sekarang Bank Mandiri) Banda Aceh yang di Jambo Tape, saya mendengar langsung almarhum pak Ali Hasymi menyebut pak Nurdin AR sebagai bupati "koboy". Alm pak Ibrahim Hasan yang duduk di sampingnya spontan tertawa.

Tiap diskusi dengan almarhum selalu berlangsung menarik, hangat, dan tak ada jarak. Padahal, pada masa itu beliau adalah antara beberapa dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala yang digunakan tenaga dan pemikirannya di jajaran pemerintah daerah. Beliau sudah menjadi pejabat daerah, sementara kami, boleh disebut masih sebagai anak bawang.

Ada beberapa nama dosen lain. Misalnya, alm pak Karimuddin Hasybullah (Bupati Aceh Utara), alm Zein Hasymi, alm Sanusi Wahab (Bupati Aceh Besar), alm Husin Ahmad (Bupati Aceh Barat), Samsunan Mahmud (Bupati Aceh Barat), alm Prof. Dayan Dawood (Kepala Bappeda Aceh), Prof. Syamsuddin Mahmud (Kepala Bappeda dan Gubernur Aceh), Prof. Chairul Ichsan (Kepala Bappeda Aceh), alm T. Iskandar Daoed (Kepala Bappeda Aceh), dan alm Husin Alamsyah (Pembantu Bupati wilayah Simeulue). Yang paling mentereng dan disegani, ya alm Prof. A. Madjid Ibrahim dan alm Prof. Ibrahim Hasan (keduanya pernah sebagai Gubernur Aceh). Yang kedua terakhir ini memang punya nilai kapasitas lebih. Alm pak Madjid malah yang menggagas Aceh Development Board sebagai cikal bakal Bappeda dan Bappenas untuk tingkat Nasional.

Kembali ke alm Nurdin AR. Ketika kami tanyakan bagaimana kiatnya mengelola pemerintahan daerah di Pidie yang dikenal amat tinggi dinamika politiknya? Jawabannya, sangat inspiratif.

Awal beliau menjabat Bupati Pidie, banyak staf dan yang punya jabatan di level menengah datang melapor kepadanya. Yang dilapor, ya macam-macam. Ada yang memburuk-burukkan teman sekantornya. Ada yang menuduh rekannya macam-macam. Dan, tidak sedikit juga yang berperangai suka menjilat, melapor yang indah-indah, dan terkesan ABS, menyanjungnya.

Almarhum Nurdin AR,


Di saat-saat pertama menghadapi staf dan bawahan yang berperangai macam-macam itu, jujur, almarhum mengaku bingung. Seakan beliau tak pernah bisa memahami. Mengapa tidak ada satu pun orang yang benar di jajarannya? Si A bilang si B tidak benar. Si C menuduh si H tidak beres, begitu seterusnya. Itu berlangsung berhari-hari.

Bukan alm Nurdin AR namanya, kalau tidak panjang akal. Dia bertutur, dia keluarkan satu senjata pemungkas. Setelah melakukan "cross check and balance", almarhum bersikap. Setiap ada sosok staf atau bawahannya yang menebar fitnah, menjilat, atau memberi laporan ABS, minggu depan segera dimutasi atau di bangku panjangkan.

Langkah yang dibuatnya itu ternyata menjadi obat mujarab. Sejak itu, perilaku fitnah-fitnahan dan manuver para penjilat mulai berkurang dan tak ada lagi. Kondisi birokrasi berjalan kembali dengan normal. Layanan pemerintahan daerah pun tak mengalami hambatan.
Sambil menggaruk-garuk rambutnya yang rada kribo, dengan rokok digantung di bibirnya, almarhum berujar,

"Ini negeri aneh. Bukannya bekerja, tapi asyik ngoceh sana ngoceh sini. Fitnah sana, fitnah sini. Semua orang salah dimatanya. Yang betul hanya dirinya..."

Saya terbayang, usai itu almarhum tertawa terkekeh-kekeh.
Dan, kami pun ikut juga tertawa bersamanya. Rekan-rekan dari Jakarta terkagum-kagum pula padanya.
Al Faatihah buat Almarhum, Bupati nyentrik yang kini telah tiada.
Tak kan pernah ada lagi yang serupa dengannya.


Penulis
Rustam Effendi
Share:

"Keadilan Sudah Hilang" Tulisan Ust. Felix Siauw, Sang "Aseng Yang Baik"

 

https://www.youtube.com/watch?v=Trwgy8EHVZg&feature=youtu.be

Keadilan Sudah Hilang

oleh : Felix Siauw
Membuka sebuah kanal berita pagi buta, dan saya tak mau percaya, tapi itu di depan mata, terekam kamera dengan sempurna, kengerian yang nyata
Tak percaya bahwa ini terjadi di Indonesia, bahkan mengatasnamakan 'Jaga Indonesia', tak hanya tuduhan dan fitnah yang diucapkan mulut mereka
Tak hanya itu saja, ancaman disebar pada peserta, yang akan memadati reuni dua satu dua, tegas sekali kebencian dari lisan mereka, amarah bercampur murka
Berorasi di depan balaikota, mengatasnamakan negara dan pancasila, tapi lisannya penuh makian dan cela, gubernur dimaki juga, banci, bangke, katanya
Katanya menolak HTI, padahal hatinya yang mati. Katanya HTI berniat menghancurkan negeri, padahal mereka sudah jadi membuat kerusakan, intoleransi, persekusi
Yang lebih aneh lagi polisi, kemana polisi? Diam berbuat apapun saat ancaman kekerasan diproklamasi, saat rencana kriminal diumumkan di depan wajah polisi
Dengar-dengar, polisi sibuk mendata hadirin 212, kalau bisa dihalangi, atau ditakut-takuti. Hantu di depan mata diabaikan, yang membantu dicurigai
Adakah sekali saja HTI yang dijadikan kartu mati itu mengancam? Membuat rusuh? Tapi lihat yang main ancam, main bawa golok? Kok luput dari radikal?
Adakah 212 dan reuninya membuat ancaman kekerasan? Bahkan sampah pun tak ditolerir, bahkan rumput pun dapat kedamaian, tapi tetap dituduh dan dipisuh
Keadilan, kata yang di negeri ini hilang. Sebab semua yang memihak rezim, lalu berteriak NKRI harga mati, saya Pancasila, merekalah kebenaran sekaligus tuhan
Tak apa, kami percaya pada perjuangan ini, kami takkan balas mengancam, takkan meladeni kekerasan, kami mendoakan siapapun yang membenci, itu perintah Nabi
Karena kami yakin, saat keadilan itu tak dapat lagi dipenuhi oleh penduduk bumi, maka dari langitlah keadilan itu akan diturunkan dan ditegakkan
Inilah jalan yang kita pilih, jalannya para Nabi, syuhada, shiddiqin, dan salihin. Bersatu padu, bersihkan hati, luruskan niat, bersiap hadiri Reuni 212



 
Share:

Terima Kasih Hari ini Anda Pembaca ke:

REPORTER TV