Senin, 26 September 2022

Ulama Tidak Tunduk Pada Penguasa, Imam Bukhari Menentang Sultan Hingga Diusir

 


KISAH hidup Imam Bukhari tidak selamanya cemerlang. Masa kelam justru dialaminya menjelang wafat.

Dikisahkan pada tahun 250 H atau sekitar 864 Masehi, Imam Bukhari mengunjungi Naisabur di utara Iran.

Kedatangannya disambut gembira penduduk setempat bahkan oleh gurunya az-Zihli dan ulama lainnya.

Bahkan, pengarang kitab as-Shahih Muslim, Imam Muslim bin al-Hajjaj mengisahkan sambutan kepada Al Bukhari yang amat sangat luar biasa karena tidak pernah ada penyambutan seperti itu kepada kepala daerah.

Penyambutan bahkan dilakukan sejak 100 kilometer sebelum memasuki kota tersebut. Sang guru, az-Zihli juga menganjurkan para muridnya untuk menyambut Imam Bukhari dengan kegembiraan.

Melihat begitu antusiasmenya warga Bukhori memutuskan tinggal sementara untuk membuka pengajian mengajarkan hadist.

Namun, kehadiran Bukhari di kota itu menimbulkan hasad dan dengki sehingga sampai ada salah seorang peserta pengajian Bukhori bertanya apakah melafalkan al-Qur’an tergolong makhluk atau bukan makhluk.

Bukhari pun tidak mau menjawab pertanyaan itu, sampai tiga kali ditanyakan orang yang sama dia pun menjawab, “al-Qur’an adalah Kalam Allah, bukan makhluk. Sementara perbuatan hamba adalah makhluk. Dan menguji seseorang dengan pertanyaan semacam ini adalah bid’ah.”

Orang itu pun menyimpulkan dengan serampangan, “Kalau begitu, dia -Imam Bukhari- berpendapat bahwa al-Qur’an yang aku lafalkan adalah makhluk.”

Seketika itu terjadilah kesimpangsiuran akibat kabar yang tidak jelas tersebut dan sampai ke telinga Muhammad bin Yahya adz-Dzuhli, imam tokoh ulama kota itu yang juga guru Bukhari.

Muncullah ketegangan di antara adz-Dzuhli dan Bukhari yang membuat warga Naisabur memilih meninggalkan majelis Imam Bukhari, kecuali Muslim bin Hajjaj -Imam Muslim- dan Ahmad bin Salamah.

Akhirnya, Imam Bukhari memutuskan meninggalkan Naisabur untuk menjaga keutuhan umat dan menjauhkan diri dari gejolak fitnah. Dia menyerahkan segala urusannya kepada Allah.

Dia pulang ke kota kelahirannya Bukhara. Kedatangannya disambut meriah seluruh penduduk.

Mereka bahkan mengadakan upacara besar-besaran, mendirikan kemah-kemah sepanjang satu farsakh (± 8 km) dari luar kota dan menabur-naburkan uang dirham dan dinar sebagai manifestasi kegembiraan mereka.

Di Bukhara, dia tetap membuka majelis hadist. Namun, lagi-lagi fitnah mendera lagi, kali ini datang dari Penguasa Bukhara, Khalid bin Ahmad az-Zihli.

Ketika itu, penguasa Bukhara, mengirimkan utusan kepada Imam Bukhari, dan meminta dua buah buku karangannya, al-Jami’ al-Shahih dan Tarikh.

Permintaan itu ditolaknya dan menyampaikan kepada utusan tersebut bahwa dia tidak akan merendahkan ilmu dan membawanya ke Istana Khalid. Dia bahkan meminta penguasa Bukhara mengeluarkan larangan tidak mengadakan pengajian.

Jawaban tersebut membuat Khalid naik pitam dan memerintahkan orang-orangnya untuk melancarkan hasutan yang dapat memojokkan Imam Bukhari. Berkat hasutan tersebut Bukhori pun diusir dari kota dan negerinya sendiri.

Suatu ketika penduduk Samarkand mengirim surat kepada Imam Bukhari yang isinya memintanya menetap di negeri mereka. Ia pun pergi memenuhi permohonan itu. Ketika perjalanannya sampai di Khartand, sebuah desa kecil yang terletak dua farsakh sebelum Samarkand, Ia singgah karena banyak keluarganya di situ.

Namun di desa itu dia jatuh sakit hingga menemui ajalnya di malam takbiran 256 Hijriah atau 31 Agustus 870 Masehi di usai 62 tahun.

Sebelum meninggal dunia, ia berpesan agar jenazahnya dikafani tiga helai kain, tanpa baju dalam dan tidak memakai sorban. Pesan itu dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat setempat.

Jenazahnya dikebumikan lepas dzuhur, hari raya Idul Fitri, sesudah ia melewati perjalanan hidup panjang yang penuh dengan berbagai amal yang mulia.


sumber: minews

Share:

Minggu, 26 Desember 2021

Merinding, Terungkap Karamah Wali Allah Ulama Aceh Abu Woyla Sebelum Terjadi Tsunami

 


Ini adalah Kisah Nyata Seorang Santri Melihat Keramat Abu Woyla Wali Allah Sebelum Terjadinya Tsunami di Aceh

Abu Ibrahim Woyla adalah seorang ulama pengembara yang berasal dari Aceh Barat.

Abu Ibrahim Woyla di kalangan masyarakat Aceh,  juga dikenal dengan nama Abu/Teungku Beurahim Keuramat.

Ketika Abu Ibrahim Woyla meninggal, ribuan orang berkunjung untuk melayat selama 30 hari sebagai tanda bahwa ia sangat dihormati oleh masyarakat.

Abu Ibrahim Woyla dipercaya masyarakat Aceh mempunyai Karomah sebagai Wali Allah.

Diceritakan 15 hari sebelum bencana besar, gempa bumi dan gelombang tsunami melanda Aceh pada 26 Desember 2004.Dilansir portal Majalengka dari kanal YouTube Penerus Para Nabi.

Wali Allah almarhum Abu Ibrahim, mengabarkan kepada muridnya yang bernama Mukhlis, perihal akan datangnya bencana besar itu.

Namun Abu Woyla, hanya memberitahu kepada dua muridnya saja yang selalu mengikuti.
Tetapi Abu Woyla, melarang memberitahukan kepada orang lain. hanya saja Mukhlis, diperintahkan untuk segera mengajak keluarganya untuk pergi dari bibir Pantai.

Mukhlis menceritakan kembali keseharian Abu Woyla, sebelum Tsunami meluluh lantahkan Aceh.
Anehnya, tidak seperti hari-hari biasanya
Abu Woyla sudah jarang makan dan terlihat gelisah.

Pernah suatu ketika Mukhlis dipanggil oleh Abu Woyla, untuk memberitahukan perihal bencana besar, saat itu Mukhlis masih menuntut ilmu di Dayah Pelulanteu Aceh Barat.

"Besar sekali kerja ke depan dan siapa saja yang membuka rahasia Allah maka dia kafir begitu", kata Mukhlis menirukan ucapan Abu Ibrahim.

Mukhlis juga mendengar hal yang sama dari Abu Usman, yang masih ada hubungan dekat dengan Abu Ibrahim Woylah.

Bahkan kepada orang tuanya sendiri, Mukhlis tidak memberitahukan apa yang sudah beliau ketahui.

"Di bandara Blang bintang, pesawat akan terbang siang malam di laut Ulee Lhe. akan ada kapal laut sebesar lapangan bola di dalamnya orang putih-putih", ucap Mukhlis lagi mengutip perkataan Abu Usman.

Kata Mukhlis, sejak kata-kata tersebut diucapkan oleh Abu Ibrahim. keseharian Abu seperti berubah.
Bahkan jika sedang tidur malam hari sering Abu tiba-tiba terbangun dan langsung duduk.

Berpikir melihat ini perasaan Mukhlis pun semakin cemas, dalam hatinya ia merasa kalau peristiwa besar sudah semakin dekat.

Entah apa yang terpikirkan oleh Abu Woyla, 4 hari sebelum gempa bumi dan tsunami di Aceh, terjadi.

Abu Ibrahim mengajak Mukhlis ke Banda Aceh dengan mobil pinjaman Muklis lalu menyupiri Abu hingga ke Banda Aceh.

Di Banda Aceh mereka menginap di salah satu rumah di kawasan Blower. ada permintaan dari yang punya rumah.

"Agar Abu Ibrahim, berkenan untuk menginap hanya semalam saja di rumahnya", kata Mukhlis.

Mukhlis menambahkan, "saat di sana sewaktu makan pun aku tidak makan lagi, aku mengepal nasinya menjadi 3 bagian.

Setelah aku makan sedikit, satu bagian dari kepala nasinya. kemudian seluruhnya aku berikan kepadanya untuk dimakan".

Pada esoknya Kamis pagi 23 Desember 2006 Abu berkata kepada Mukhlis jika beliau ingin jalan-jalan keliling kota Banda Aceh. tanpa membantah dengan mobil pinjamannya Mukhlis pun membawa abu jalan-jalan.

Setelah sarapan ala kadarnya di warung samping Simbun Simbreh, lalu Abu meminta Muklis untuk membawanya Ke kawasan peulanggaran. tiba di depan masjid Tengku di Anjong, Abu minta mobil dihentikan di luar pagar Masjid.

Abu menatap ke arah makam tengku di Anjong, seolah-olah Abu berbicara, "sekali Abu terbunuh sendiri" jelas Mukhlis di Dayah pulo Le yang saat itu sedang dalam pembangunan.

Mukhlis mengetahui persis garis keturunan Abu Ibrahim woyla. awalnya garis ke atas keturunan Abu Ibrahim Woyla yang berasal dari negeri Belanda.

Berjumlah 7 orang, datang ke tanah Aceh. persisnya berlabuh di Aceh Barat, kemudian ketujuhnya berpisah, ke beberapa daerah di Aceh dan di luar Aceh, untuk menyebarkan agama Islam.

Itulah kisah karomah Abu Woyla Wali Allah dari Aceh yang disaksikan oleh muridnya sebelum terjadinya bencana Gempa dan gelombang Tsunami Aceh, Ahad 26 Desember 2004.(*)

dari berbabagai sumber



Share:

Senin, 15 November 2021

Riazil Terpilih Jadi Keuchik Lamteumen Timur Periode 2021-2027

 


THE REPORTER -Masyarakat Gampong Lamteumen Timur, Kecamatan Jaya Baru, Kota Banda Aceh mengadakan pemilihan Geuchik periode tahun 2021-2027, pada Ahad kemarin, 14 November 2021, di gampong setempat.

Di antara masyarakat yang berminat, muncullah beberapa putra terbaik Lamteumen Timur untuk mencalonkan diri dalam kompetisi yang demokratis tersebut.

Masing-masing calon bernama Irwandi S,pd dari Dusun Cempaka yang merupakan putra ketiga dari Geuchik sebelumnya, Tarwin Spandi. Muhammad Nawawi S.sos, yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Kepala Dusun Cempaka. Jamaluddin. SE dari Dusun Kemboja dan Riazil, S.sos yang merupakan Kepala Dusun Teratai selama dua periode.

Dari hasil pemilihan tersebut, masing-masing calon, nomor urut 1, Irwandi S,pd memperoleh 521 suara. Nomor urut 2, Muhammad Nawawi S,sos memperoleh 56 suara. Nomor urut 3, Jamaluddin, SE memperoleh 32 suara dan nomor urut 4, Riazil, S.sos memperoleh 1.342 suara.

Dengan demikian, calon nomor urut 4 atas nama Riazil, S.sos memperoleh kemenangan 67,23 % suara dari jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya, dinyatakan akan memimpin Gampong Lamteumen Timur, Kecamatan Jaya Baru, Kota Banda Aceh, untuk masa periode tahun 2021 – 2027.

Sementara para kandidat calon lainnya, begitu selesai proses perhitungan suara di lokasi TPS, dengan sangat sportif dan berbesar hati langsung menyalami dan mengucapkan selamat kepada keuchik terpilih, Riazil, S,sos.

Dari situ tergambar bahwa umumnya warga Lamteumen Timur memang sangat bertekad dan kompak demi menuju suatu perubahan ke arah yang lebih maju.


Salah seorang warga, putra asli Lamteumen Timur, Herman AW, mengatakan, bahwa harapannya kepada Geuchik terpilih agar benar-benar menjalankan roda Pemerintahan sesuai dengan aturan dan Undang-Undang yang berlaku serta norma-norma adat-budaya yang sesuai dengan syariat Islam.

Kemudian, lanjut Herman AW, keuchik baru benar-benar menjalankan semua progam yang telah diuraikan dalam penyampaian visi-misinya dan mempersatukan warga dengan prinsip keadilan dan kerukunan dalam hidup bermasyarakat.

“Akan lebih membanggakan lagi kalau nantinya di bawah kepemimpinan Riazil, Gampong Lamteumen Timur mampu terwujud sebagai Gampong percontohan di Kota Banda Aceh dalam banyak sektor,” kata Herman.


Sementara itu, Riazil S,sos, Geuchik terpilih Gampong Lamteumen Timur periode 2021 -2027 dalam siaran persnya, menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah bekerja keras dan mendukung suksesnya proses pemilihan ini sejak dari persiapan awal hingga selesai.

“Kepada seluruh warga saya ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya karena telah memberikan kepercayaan kepada saya, insya Allah, untuk memimpin Gampong Lamteumen Timur. Saya mengharapkan kepada warga agar tidak segan-segan menegur, memberi saran dan kritikan yang sehat demi terwujudnya Gampong Lamteumen Timur yang berwibawa menuju ke arah yang lebih baik,” kata Riazil.

Sebagaimana diketahui, Gampong Lamteumen Timur merupakan salah satu gampong yang berada di jantung Kota Banda Aceh, Ibukota Aceh. Lamteumen Timur yang berada dalam wilayah Kecamatan Jaya Baru ini dilintasi Jalan Nasional menuju ke arah Meulaboh, Aceh Barat, dan bertetangga langsung dengan Gampong Lamteumen Barat, Geuceu Iniem, Bitai, Surien, Punge Blang Cut, dan Gampong Seutui.

Gampong yang berpenduduk lebih-kurang 4000 jiwa dengan pemilih tetap sekitar 3000 jiwa ini terdiri dari 5 (lima) Dusun, yaitu Dusun Cempaka, Dusun Seroja, Dusun Teratai, Dusun Kemboja dan Dusun Merak.

Sebelum masa proses pemilihan Geuchik untuk masa periode tahun 2021 – 2027, Gampong Lamteumen Timur ini dipimpin oleh Geuchik Tarwin Spandi selama dua periode berturut-turut, yaitu periode pertama tahun 2008 – 2014 dan periode kedua tahun 2015 – 2021.

Share:

Minggu, 05 April 2020

Nyanyi Cover Lagu "Aisyah Istri Rasulullah" ? Hat-hati, Jangan Sampai Lupa Adab



السَّلَامُ عَلَيْكُم وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُه

الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْن، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى اُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْن، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى اَشْرَفِ الْاَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْن، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْن، اَمَّا بَعْدُ

Puji Syukur kepada Allah, Shalawat beserta Salam kepada Junjungan kita Baginda Rasulullah Muhammad Sallallahu 'alaihi wa Sallam, kepada Keluarga dan Sahabat-sahabat Beliau.

Ditulisan kali ini saya ingin membahas ulang sedikit tentang Lagu Aisyah Istri Rasulullah yang Viral itu. Pasti udah tahu dan pernah dengar kan?
Aisyah Istri Rasululah merupakan gubahan lagu asal band Malaysia, Projector Band. Aslinya, lagu itu berjudul Aisyah Satu Dua Tiga Cinta Kamu ciptaan Angah Razif. Namun lirik yang dibawakan Projector Band sudah diubah oleh Youtuber asal Malaysia, Mr. Bie..

Kemudian beberapa penyanyi Indonesia ikut meng-cover lagu tersebut, diantaranya Sabyan, Via Vallen, Syakir Daulay dan Andre Taulany. Bahkan cover lagu mereka menjadi trending YouTube Indonesia.

Jujur, sejak awal saya udah merasa tidak nyaman mendengar lagu tersebut, karena beberapa bagian lirik yang saya anggap kurang pantas. Namun saya malas berkomentar menyalah-nyalahin, hanya melarang Putri saya Aisyah Al Humaira untuk menyanyikannya.

"Daripada nyanyi lagu itu, mending Shalawat saja," begitu pesan saya kepada Aisyah.

Dalam lirik lagu tersebut, terdapat kata-kata yang memberi gambaran tentang bentuk fisik dari Sayyidah Aisyah, yang menurut saya, terlalu berlebihan, lebay dan tidak pantas.

Ketidaknyamanan saya terjawab setelah mendengar Ceramah Nasihat Buya Yahya yang juga menyampaikan ada kekeliruan pada lirik lagu tersebut.

"Ulama memberi rambu-rambu di sini. Sayyidah Aisyah, Sayyidah Khadijah dan lainnya adalah Ummahatul Mukminin. Kami yakin ada rindu safaat Rasulullah, kami yakin Anda semua adalah orang yang ingin mulia bersama Rasulullah, dan termasuk yang membuat syair Insya Allah tidak terlintas di hatinya untuk merendahkan istri Rasulullah," kata Pendiri Pesantren Al-Bahjah, yang bernama lengkap Yahya Zainul Ma'arif.

Buya Yahya menegaskan tidak boleh menceritakan fisik seorang perempuan kepada orang lain, terutama lagi istri Rasulullah Sallalahu alaihi wa Sallam.

"Menyebut tentang fisik yang sangat pribadi kepada orang lain dan orang itu bisa saja laki-laki membayangkan ibunda mu (Aisyah RA). Tidak bisa, nggak punya adab ini. Makanya para ulama mengatakan kalau membicarakan, mensifati jasadnya istri-istri Nabi jangan, tidak boleh dilakukan. Itu ibunda kita Ummahatul Mukminin," tegas Buya Yahya.

Lalu, apakah dosa jika membuat lirik atau bagi yang menyanyikan lagu itu?

Buya Yahya menyarankan agar syair lagu tersebut diubah dengan sifat-sifat istimewa lainnya, selain yang berkaitna dengan fisik.

"Misalnya kelebihannya cerdas, orang yang meriwayatkan paling banyak hadis. Cerdas, Pandai dan penuh Kasih Sayang," pesan Buya Yahya.

So, sudah tentu saya setuju dan selalu Sami'na wa Ata'na atas setiap Petuah Ulama.
Jadi bagi yang ingin meng-cover lagu ini, semoga tulisan ini menjadi pertimbangan. Coba ubah liriknya seperti saran Buya Yahya (bukan saran saya ya..). Dan saat ini sudah ada beberapa cover yang sudah mengubah lirik lagu tersebut menjadi lebih nyaman didengar dan dinyanyikan.

Wassalam

note: Data tentang Lagu, Saya peroleh dari berbagai sumber Media Online, mohon maaf jika ada kekeliruan.

DReLegend channel



Share:

Terima Kasih Hari ini Anda Pembaca ke:

REPORTER TV