Tampilkan postingan dengan label ulama. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ulama. Tampilkan semua postingan

Rabu, 28 September 2022

Biografi Singkat Abu Tumin Blang Bladeh, Ulama Kharismatik Aceh

 


ABU TU MIN,  lahir dari keluarga ulama dan pemuka masyarakat. Ayahnya Teungku Tu Mahmud Syah adalah ulama, tokoh masyarakat dan pendiri dayah. Semenjak kecil Abu Tumin telah dipersiapkan untuk menjadi seorang ulama yang paripurna. Mengawali pengembaraan ilmunya, Abu Tumin pernah mengecap pendidikan umum pada masa Belanda selama tiga tahun.

Setelah kemerdekaan, Abu Tumin dalam usianya 12 tahun dimasukkan ke Sekolah SRI, sekolah yang memiliki bahan ajaran yang memadai dalam bidang agama. Sambil bersekolah di SRI, Abu Tumin juga belajar langsung pada ayahnya ilmu-ilmu keislaman, terutama dasar-dasar kitab kuning dan ilmu alat seperti nahwu dan sharaf.

Selama lebih kurang tiga tahun Abu Tumin belajar dengan sungguh-sungguh kepada ayahnya Teungku Tu Mahmud Syah yang juga ulama, telah memberikan bekal ilmu yang memadai untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Pada usianya 15 tahun, mulailah Abu Tumin belajar dari satu dayah ke dayah lainnya hingga berakhir di Labuhan Haji Darussalam dengan gurunya Syekh Muda Waly al-Khalidy.

Abu Tumin pernah belajar beberapa bulan di Dayah Darul Atiq Jeunieb yang dipimpin oleh Abu Muhammad Saleh yang merupakan ayah dari Abon Samalanga. Setelah beberapa bulan di Dayah Jeunieb, Abu Tumin kemudian melanjutkan pengajiannya ke Dayah Samalanga dalam beberapa bulan juga, kemudian beliau belajar di Dayah Meuluem Samalanga selama satu tahun, dan terakhir di Dayah Pulo Reudep yang dipimpin oleh Teungku Muhammad Pulo Reudep selama tiga tahun sebelum ke Labuhan Haji.

Maka dengan bekal ilmu yang memadai dari guru-guru itulah yang mengantarkan Abu Tumin muda dalam usianya 20 tahun berangkat ke Dayah Darussalam Labuhan Haji Aceh Selatan pada tahun 1953. Selain Abu Tumin, di tahun 1953 beberapa ulama lainnya juga tiba di Labuhan Haji untuk belajar pada Abuya Syekh Muda Waly. Karena umumnya teungku-teungku yang belajar kepada Abuya, telah memiliki ilmu yang memadai sebelum belajar ke Abuya, sehingga bisa duduk di kelas khusus Bustanul Muhaqqiqin.

Di antara ulama-ulama yang datang pada tahun 1952 dan 1953 adalah Abu Abdullah Tanoh Mirah yang kemudian mendirikan Dayah Darul Ulum Tanoh Mirah yang dikenal dengan kealimannya dalam bidang ushul fikih.
Ulama lainnya adalah Abon Abdul Aziz Samalanga yang melanjutkan kepemimpinan Dayah MUDI Samalanga setelah wafat mertuanya Abu Haji Hanafiyah Abbas yang dikenal dengan Teungku Abi.

Abon Abdul Aziz Samalanga dikenal ahli dalam ilmu mantik atau ilmu logika. Sedangkan Abu Keumala datang lebih awal ke Dayah Darussalam Labuhan Haji, dan Abu Keumala dikenal ahli dalam ilmu tauhid, mengabdikan ilmunya di Medan Sumatera Utara hingga wafatnya pada tahun 2004. Selain menjadi murid Abuya Syekh Haji Muda Waly di Darussalam, Abu Tumin juga telah dipercaya untuk mengajarkan para santri lain yang berada pada tingkatan tsanawiyah, karena beliau disebutkan mengajar santri di kelas 6 B, adapun di kelas 6 A diajarkan langsung oleh Abuya Muhibbudin Waly, sedangkan Syekh Muda Waly al-Khalidy mengajarkan kelas dewan guru.

Ketika di Darussalam Labuhan Haji, Abu Tumin sekelas dengan Abu Hanafi Matang Keh, Teungku Abu Bakar Sabil Meulaboh dan Abu Daud Zamzami Ateuk Anggok. Sedangkan Abu Abdullah Tanoh Mirah dan Abon Samalanga lebih tinggi satu tingkat di atasnya. Abu Tumin belajar dan mengajar di Labuhan Haji selama 6 tahun, beliau juga murid khusus di kelas Bustanul Muhaqqiqin belajar langsung kepada Abuya Haji Muda Waly.

Setelah menyelesaikan pendidikannya di Dayah Darussalam Labuhan Haji, Abu Tumin kemudian memohon izin kepada gurunya untuk pulang kampung pada tahun 1959 untuk mengabdikan ilmunya. Sedangkan temannya seperti Abon Samalanga pulang kampung setahun sebelumnya pada tahun 1958 dan Abu Tanoh Mirah pulang di Tahun 1957. Umumnya murid-murid Abuya yang datang di atas tahun 1952 dan 1953 pulang di akhir tahun1959. Sedangkan generasi sebelum Abu Tumin yang datang ke Darussalam pada tahun 1945 dan 1947, mereka umumnya pulang di tahun 1956 seperti Abuya Aidarus dan Abu Syamsuddin Sangkalan.

Setibanya di Kampung halaman, setelah belajar di berbagai dayah terutama Dayah Darussalam Labuhan Haji telah mengantarkan Abu Tumin menjadi seorang ulama yang mendalam ilmunya. Abu Tumin memimpin dayah yang telah dibangun oleh kakek beliau yaitu Teungku Tu Hanafiyah yang kemudian dilanjutkan oleh Teungku Tu Mahmud Syah ayah Abu Tumin, selanjutnya estafet keilmuan dan kepemimpinan dayah dilanjutkan oleh Abu Tumin.

Pada era Abu Tumin mulailah pesat pembangunan Dayah tersebut. Dimana para santri datang dari berbagai tempat untuk belajar kepada Abu Tumin dan belajar dari sang ulama. Abu Tumin juga merupakan seorang ulama yang murabbi, sehingga banyak muridnya yang menjadi ulama terpandang sebut saja di antaranya adalah Abu Mustafa Paloh Gadeng yang belajar kepada Abu Tumin selama 19 tahun sehingga mengantarkan beliau menjadi seorang ulama kharismatik Aceh yang diperhitungkan.

Ulama lainnya yang juga murid Abu Tumin adalah Abu Abdul Manan Blang Jruen yang dikenal sebagai ulama yang ahli dan lihai dalam bidang tauhid, serta moderator yang hebat dalam muzakarah para ulama Aceh, sehingga diskusi nampak ceria dan bersemangat. Dan banyak para ulama lainnya yang juga murid dari Abu Tumin, selain murid-muridnya di Dayah Darussalam dulu.

Dan di sebuah acara muzakarah, Abuya Mawardi Waly juga menyebutkan dirinya sebagai murid Abu Tumin. Intinya Abu Tumin juga ulama yang Syekhul Masyayikh. Bahkan Abu Daud Teupin Gajah atau Abu Daud al Yusufi yang merupakan ulama kharismatik Aceh Selatan juga termasuk murid yang lama belajar kepada Abu Tumin dimana sebelumnya beliau belajar kepada Abuya Haji Jailani Kota Fajar.

Selain itu, Abu Tumin juga dianggap sebagai ulama panutan oleh para ulama lainnya, dimana fatwa-fatwa hukumnya menjadi bahan kajian dan pegangan para ulama lainnya. Biasanya pada setiap muzakarah yang diadakan di berbagai tempat, Abu Tumin yang kemudian mengambil keputusan terakhir, setelah sebelumnya para ulama lain memberikan pandangan dan sanggahan atas setiap persoalan yang sedang dibahas forum.

Kehadiran Abu Tumin menambah acara muzakarah semakin bermakna, karena pandangan hukum beliau biasanya dari ingatan yang lama dan kajian yang mendalam. Sehingga tidak mengherankan bila ada yang menyebutkan bahwa "Abu Tumin tua umurnya dan tua pula ilmunya".

Abu Tumin telah mempersembahkan segenap usianya untuk agama ini, dan telah pula mencurahkan segenap ilmu dan pengabdiannya, mengayomi masyarakat Aceh secara tulus ikhlas. Dan hari ini beliau telah kembali kehadhirat Allah SWT.
Semoga Allah SWT menempatkan beliau di surga tertinggi bersama para Anbiya, Syuhada dan Shalihin.

Innalillahi Wainna Ilaihi Raji'un.
Selamat Jalan Guru Yang Mulia ABU TU.

Ditulis:
Nurkhalis Mukhtar

Share:

Senin, 26 September 2022

Ulama Tidak Tunduk Pada Penguasa, Imam Bukhari Menentang Sultan Hingga Diusir

 


KISAH hidup Imam Bukhari tidak selamanya cemerlang. Masa kelam justru dialaminya menjelang wafat.

Dikisahkan pada tahun 250 H atau sekitar 864 Masehi, Imam Bukhari mengunjungi Naisabur di utara Iran.

Kedatangannya disambut gembira penduduk setempat bahkan oleh gurunya az-Zihli dan ulama lainnya.

Bahkan, pengarang kitab as-Shahih Muslim, Imam Muslim bin al-Hajjaj mengisahkan sambutan kepada Al Bukhari yang amat sangat luar biasa karena tidak pernah ada penyambutan seperti itu kepada kepala daerah.

Penyambutan bahkan dilakukan sejak 100 kilometer sebelum memasuki kota tersebut. Sang guru, az-Zihli juga menganjurkan para muridnya untuk menyambut Imam Bukhari dengan kegembiraan.

Melihat begitu antusiasmenya warga Bukhori memutuskan tinggal sementara untuk membuka pengajian mengajarkan hadist.

Namun, kehadiran Bukhari di kota itu menimbulkan hasad dan dengki sehingga sampai ada salah seorang peserta pengajian Bukhori bertanya apakah melafalkan al-Qur’an tergolong makhluk atau bukan makhluk.

Bukhari pun tidak mau menjawab pertanyaan itu, sampai tiga kali ditanyakan orang yang sama dia pun menjawab, “al-Qur’an adalah Kalam Allah, bukan makhluk. Sementara perbuatan hamba adalah makhluk. Dan menguji seseorang dengan pertanyaan semacam ini adalah bid’ah.”

Orang itu pun menyimpulkan dengan serampangan, “Kalau begitu, dia -Imam Bukhari- berpendapat bahwa al-Qur’an yang aku lafalkan adalah makhluk.”

Seketika itu terjadilah kesimpangsiuran akibat kabar yang tidak jelas tersebut dan sampai ke telinga Muhammad bin Yahya adz-Dzuhli, imam tokoh ulama kota itu yang juga guru Bukhari.

Muncullah ketegangan di antara adz-Dzuhli dan Bukhari yang membuat warga Naisabur memilih meninggalkan majelis Imam Bukhari, kecuali Muslim bin Hajjaj -Imam Muslim- dan Ahmad bin Salamah.

Akhirnya, Imam Bukhari memutuskan meninggalkan Naisabur untuk menjaga keutuhan umat dan menjauhkan diri dari gejolak fitnah. Dia menyerahkan segala urusannya kepada Allah.

Dia pulang ke kota kelahirannya Bukhara. Kedatangannya disambut meriah seluruh penduduk.

Mereka bahkan mengadakan upacara besar-besaran, mendirikan kemah-kemah sepanjang satu farsakh (± 8 km) dari luar kota dan menabur-naburkan uang dirham dan dinar sebagai manifestasi kegembiraan mereka.

Di Bukhara, dia tetap membuka majelis hadist. Namun, lagi-lagi fitnah mendera lagi, kali ini datang dari Penguasa Bukhara, Khalid bin Ahmad az-Zihli.

Ketika itu, penguasa Bukhara, mengirimkan utusan kepada Imam Bukhari, dan meminta dua buah buku karangannya, al-Jami’ al-Shahih dan Tarikh.

Permintaan itu ditolaknya dan menyampaikan kepada utusan tersebut bahwa dia tidak akan merendahkan ilmu dan membawanya ke Istana Khalid. Dia bahkan meminta penguasa Bukhara mengeluarkan larangan tidak mengadakan pengajian.

Jawaban tersebut membuat Khalid naik pitam dan memerintahkan orang-orangnya untuk melancarkan hasutan yang dapat memojokkan Imam Bukhari. Berkat hasutan tersebut Bukhori pun diusir dari kota dan negerinya sendiri.

Suatu ketika penduduk Samarkand mengirim surat kepada Imam Bukhari yang isinya memintanya menetap di negeri mereka. Ia pun pergi memenuhi permohonan itu. Ketika perjalanannya sampai di Khartand, sebuah desa kecil yang terletak dua farsakh sebelum Samarkand, Ia singgah karena banyak keluarganya di situ.

Namun di desa itu dia jatuh sakit hingga menemui ajalnya di malam takbiran 256 Hijriah atau 31 Agustus 870 Masehi di usai 62 tahun.

Sebelum meninggal dunia, ia berpesan agar jenazahnya dikafani tiga helai kain, tanpa baju dalam dan tidak memakai sorban. Pesan itu dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat setempat.

Jenazahnya dikebumikan lepas dzuhur, hari raya Idul Fitri, sesudah ia melewati perjalanan hidup panjang yang penuh dengan berbagai amal yang mulia.


sumber: minews

Share:

Minggu, 26 Desember 2021

Merinding, Terungkap Karamah Wali Allah Ulama Aceh Abu Woyla Sebelum Terjadi Tsunami

 


Ini adalah Kisah Nyata Seorang Santri Melihat Keramat Abu Woyla Wali Allah Sebelum Terjadinya Tsunami di Aceh

Abu Ibrahim Woyla adalah seorang ulama pengembara yang berasal dari Aceh Barat.

Abu Ibrahim Woyla di kalangan masyarakat Aceh,  juga dikenal dengan nama Abu/Teungku Beurahim Keuramat.

Ketika Abu Ibrahim Woyla meninggal, ribuan orang berkunjung untuk melayat selama 30 hari sebagai tanda bahwa ia sangat dihormati oleh masyarakat.

Abu Ibrahim Woyla dipercaya masyarakat Aceh mempunyai Karomah sebagai Wali Allah.

Diceritakan 15 hari sebelum bencana besar, gempa bumi dan gelombang tsunami melanda Aceh pada 26 Desember 2004.Dilansir portal Majalengka dari kanal YouTube Penerus Para Nabi.

Wali Allah almarhum Abu Ibrahim, mengabarkan kepada muridnya yang bernama Mukhlis, perihal akan datangnya bencana besar itu.

Namun Abu Woyla, hanya memberitahu kepada dua muridnya saja yang selalu mengikuti.
Tetapi Abu Woyla, melarang memberitahukan kepada orang lain. hanya saja Mukhlis, diperintahkan untuk segera mengajak keluarganya untuk pergi dari bibir Pantai.

Mukhlis menceritakan kembali keseharian Abu Woyla, sebelum Tsunami meluluh lantahkan Aceh.
Anehnya, tidak seperti hari-hari biasanya
Abu Woyla sudah jarang makan dan terlihat gelisah.

Pernah suatu ketika Mukhlis dipanggil oleh Abu Woyla, untuk memberitahukan perihal bencana besar, saat itu Mukhlis masih menuntut ilmu di Dayah Pelulanteu Aceh Barat.

"Besar sekali kerja ke depan dan siapa saja yang membuka rahasia Allah maka dia kafir begitu", kata Mukhlis menirukan ucapan Abu Ibrahim.

Mukhlis juga mendengar hal yang sama dari Abu Usman, yang masih ada hubungan dekat dengan Abu Ibrahim Woylah.

Bahkan kepada orang tuanya sendiri, Mukhlis tidak memberitahukan apa yang sudah beliau ketahui.

"Di bandara Blang bintang, pesawat akan terbang siang malam di laut Ulee Lhe. akan ada kapal laut sebesar lapangan bola di dalamnya orang putih-putih", ucap Mukhlis lagi mengutip perkataan Abu Usman.

Kata Mukhlis, sejak kata-kata tersebut diucapkan oleh Abu Ibrahim. keseharian Abu seperti berubah.
Bahkan jika sedang tidur malam hari sering Abu tiba-tiba terbangun dan langsung duduk.

Berpikir melihat ini perasaan Mukhlis pun semakin cemas, dalam hatinya ia merasa kalau peristiwa besar sudah semakin dekat.

Entah apa yang terpikirkan oleh Abu Woyla, 4 hari sebelum gempa bumi dan tsunami di Aceh, terjadi.

Abu Ibrahim mengajak Mukhlis ke Banda Aceh dengan mobil pinjaman Muklis lalu menyupiri Abu hingga ke Banda Aceh.

Di Banda Aceh mereka menginap di salah satu rumah di kawasan Blower. ada permintaan dari yang punya rumah.

"Agar Abu Ibrahim, berkenan untuk menginap hanya semalam saja di rumahnya", kata Mukhlis.

Mukhlis menambahkan, "saat di sana sewaktu makan pun aku tidak makan lagi, aku mengepal nasinya menjadi 3 bagian.

Setelah aku makan sedikit, satu bagian dari kepala nasinya. kemudian seluruhnya aku berikan kepadanya untuk dimakan".

Pada esoknya Kamis pagi 23 Desember 2006 Abu berkata kepada Mukhlis jika beliau ingin jalan-jalan keliling kota Banda Aceh. tanpa membantah dengan mobil pinjamannya Mukhlis pun membawa abu jalan-jalan.

Setelah sarapan ala kadarnya di warung samping Simbun Simbreh, lalu Abu meminta Muklis untuk membawanya Ke kawasan peulanggaran. tiba di depan masjid Tengku di Anjong, Abu minta mobil dihentikan di luar pagar Masjid.

Abu menatap ke arah makam tengku di Anjong, seolah-olah Abu berbicara, "sekali Abu terbunuh sendiri" jelas Mukhlis di Dayah pulo Le yang saat itu sedang dalam pembangunan.

Mukhlis mengetahui persis garis keturunan Abu Ibrahim woyla. awalnya garis ke atas keturunan Abu Ibrahim Woyla yang berasal dari negeri Belanda.

Berjumlah 7 orang, datang ke tanah Aceh. persisnya berlabuh di Aceh Barat, kemudian ketujuhnya berpisah, ke beberapa daerah di Aceh dan di luar Aceh, untuk menyebarkan agama Islam.

Itulah kisah karomah Abu Woyla Wali Allah dari Aceh yang disaksikan oleh muridnya sebelum terjadinya bencana Gempa dan gelombang Tsunami Aceh, Ahad 26 Desember 2004.(*)

dari berbabagai sumber



Share:

Senin, 24 Desember 2018

13 Fakta UAS yang Harus Diketahui. Jadikan Teladan Untuk Lebih Cintai Ulama



Penulis Mengutip dari berbagai sumber untuk mengenal lebih jauh tentang sosok Ustadz Abdul Somad Lc. MA. Banyak akhlak dan kebiasaan beliau yang mengundang kekaguman masyarakat, Artis, Pejabat bahkan sesama Ulama yang kita hormati lainnya.

Semoga catatan ini bisa menjadi teladan Akhlaqul Karimah buat kita yang ingin terus memperbaiki diri dan meningkatkan kecintaan pada Ulama.

Bagi yang tidak menyukai bahkan membenci, mengfitnah dll, silahkan lanjutkan. Karena kemuliaan dan pahala beliau akan bertambah, sementara amalan anda akan di transfer kepada beliau.

Semoga kita tidak termasuk golongan orang yang bangkrut tanpa amalan di hari akhirat.

Selamat Membaca.

6 Fakta Kebiasaan Ustadz Abdul Somad. (versi Tribunnews)

1. Sederhana
Ustaz Somad sangat sederhana, baik dari pakaian maupun tingkah lakunya. Suatu ketika saat tiba di rumah dinas Gubernur Babel, Ustaz Somad didampingi 3 asistennya. Tidak ada permintaan khusus dari pihak Ustaz Somad, baik soal makanan, tempat tidur, dan kendaraan. Bahkan Ustaz Somad menjadi makmum saat shalat Maghrib di rumah dinas tersebut. Dia juga makan malam dengan duduk bersama jamaah.


2. Ramah Kepada Siapapun

Saat diajak berbincang-bincang, Ustaz Somad menyambut hangat. Padahal, dia baru saja turun dari pesawat usai perjalanan panjang dari berceramah. Ustaz Somad tetap ramah dan bersahaja. Bahkan dia mengapresiasi profesi jurnalis, yang menurutnya ikut andil sehingga namanya dikenal.
3. Tidak Pernah Menolak diajak Foto Bersama

Menjadi seorang Ustaz Somad memang tak mudah. Pasalnya, di mana saja dia berada, tak pernah lepas dari ajakan foto bersama dari jamaah dan masyarakat yang mengagumi Dai 7 Juta Follower itu. Peminatnya pun hanya warga biasa, tetapi para pejabat di tempat dia berceramah juga kerap mengajak foto bersama. Tampak ketika Ustaz Somad usai makan malam di rumah dinas seorang gubernur, silih berganti orang-orang minta berfoto. Bahkan saat sang ustaz tengah makan pun ada-ada saja warga yang duduk di sampingnya untuk dipotret. Ustadz Somad bahkan sering berpesan, "Share photo itu, dengan niat untuk Syiar Dakwah"


4. Tampil Prima

Bayangkan saja, Ustaz Somad harus berkeliling berbagai tempat di Indonesia nyaris tanpa jeda. Padahal dia melakukannya di sela kesibukan sebagai dosen di UIN Riau. Di suatu tempat yang dikunjungi, Ustaz Somad berceramah lebih dari satu lokasi. Pernah saat ke Bangka, Aceh dan beberapa daerah, ia harus mengisi ceramah di lebih 3 lokasi dalam sehari. Bahkan dia berceramah sampai larut malam tetapi dini hari sekitar pukul 03.00. Ustaz Somad sudah berangkat menuju lokasi ceramah usai shalat Subuh. Syukurnya, kondisi tubuh Ustaz Somad baik-baik saja. Subhanallah

5. Isi ceramah

Salah satu alasan Ustaz Somad disukai banyak orang adalah isi ceramahnya yang cerdas tapi tidak membuat ribet. Ustaz Somad tidak mudah menyalahkan atau menilai buruk sesuatu, termasuk soal ibadah yang dilakukan umat muslim. Dia juga tidak pernah mengajarkan untuk membenci kelompok atau ajaran tertentu.
Misalnya saat ditanyakan tentang aplikasi biro jodoh di Facebook, Ustaz Somad tidak serta merta menyalahkan karena menurutnya perlu ditinjau dulu dari sisi teknis pelaksanaannya.

6. Direkam dan diunggah di Media Sosial

Rata-rata jamaah membekali diri dengan ponsel saat mendengar ceramah Ustaz Somad. Bagi yang paket internetnya banyak, tak sungkan merekam dan menyiarkan secara langsung. Lantaran perilaku jamaah inilah, Ustaz Somad semakin dikenal. Jika dari ribuan jamaah ada 100 orang saja yang merekam dan mengunggah ke media sosial, maka syiar Islam yang dilakukan Ustaz Somad semakin lancar.


Sebelum 6 fakta itu terungkap, penggiat media sosial Jonru Ginting sudah memaparkan 7 fakta lainnya soal ustadz tersebut.


7 Fakta Ustadz Abdul Somad (Versi Jonru Ginting)

1. Ustadz Abdul Somad adalah tokoh lokal dari Riau yang menjadi terkenal se-Indonesia karena banyak video ceramahnya yang viral.

2. Beliau asli Ustadz, sudah S2 di bidang agama, lulusan Al Azhar Kairo dan S2 di Maroko pula. Jadi dari segi ilmu, beliau sangat berkompeten.

3. Beliau adalah “hasil kawin silang” antara ustadz lucu dan ustadz berkualitas. Selama ini kedua jenis ustadz tersebut seperti air dan minyak. Tak mungkin bersatu.

Namun Ustadz Abdul Somad berhasil mengawinkan keduanya. Ceramah-ceramah beliau selain “bergizi tinggi”, juga enak didengar, dan porsi lucunya pun sewajarnya saja. Tidak berlebihan.

4. Gayanya sangat sederhana.

5. Beliau bukan tipe ustaz kharismatik. Masyarakat menghormati beliau karena ilmunya, bukan karena kharismanya.

6. Beliau juga bukan tipe ustadz stereotif (maksudnya kelihatan banget gayanya seperti ustadz pada umumnya). Gaya beliau biasa saja. Seperti orang kebanyakan.

Mendengar ceramah beliau, kita seperti mendengar ucapan orang biasa yang kebetulan pintar di bidang agama.

7. Banyak yang menyebut ustadz Abdul Somad sebagai pengganti K.H. Zainuddin MZ. Dari segi popularitas bolehlah. Namun dari segi karakter, keduanya sangat jauh berbeda.

KH Zainuddin MZ itu kharismatik, stereotif, dan lebih cocok tampil di acara tabligh akbar. Sementara ustadz Abdul somad tidak kharismatik, tidak stereotif, dan lebih cocok tampil di acara-acara kajian yang terbatas.

"Kenapa banyak orang yang suka men-share video-video ceramah ustadz Abdul Somad? Tentu saja karena mereka suka. Kenapa mereka suka? Menurut saya, karena ke-7 faktor di atas. Tak perlu lagi saya bahas satu-persatu, kan?

Yang jelas, Ustadz Abdul Somad ini unik banget. Sederhana, apa adanya, namun “penuh gizi” sekaligus menghibur. Keren luar biasa!

Karena itu, jika Anda belum nonton video ceramah ustadz Abdul Somad, buruan tonton sekarang juga. Jangan sampai menyesal.

Alhamdulillah, kita sebagai umat Islam Indonesia perlu bersyukur karena memiliki seorang ulama seperti ustad Abdul Somad.

Dan saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada teman-teman yang selama ini menshare video-video ceramah ustadz Abdul somad. Semoga share-share Anda menjadi amal jariah yang pahalanya terus mengalir hingga akhirat kelak. Aamiin…."

Jonru 18 Agustus 2017


Share:

Rabu, 22 November 2017

Ketika Ulama Memuliakan Ulama, Mengapa Masih Ada "Oknum" Yang Jahil dan Jaim?


Perasaan Cinta dan Sedih mendorong hasrat saya untuk menulis. Namun ada gejolak emosi yang membuat otak tidak mampu mengeluarkan ide apapun untuk mulai menggerakkan jari.

Perasaan Cinta saya kepada para Ulama, layaknya seorang santri mencintai Guru atas segala ilmu yang pernah di ajarkan serta berharap syafaat dan berkah, Namun perasaan Sedih juga tidak bisa saya sembunyikan selama ini, saat mendengar banyak Ulama yang di hina dan di fitnah di Negeri ini.

Kemarahan sempat hinggap saat penghinaan terhadap para Ulama karismatik Aceh dan Ulama nasional dilakukan oleh beberapa "oknum Netizen" di media sosial. Ada yang cuma akun palsu, ada yang cuma anak ingusan jaman now yang cari sensasi dan akhirnya minta maaf setelah ter-cyiduk, bahkan ada pula akun dari kalangan "oknum" tokoh akademisi yang follower-nya mencapai ribuan.

Heran, ternyata semakin tinggi pendidikan, semakin hebat titel dan gelar yang disandang, tidak menjamin seseorang semakin cerdas dan berakhlak.

Tapi lagi-lagi, saya tidak mampu menuliskan apapun untuk mewakili perasaan Cinta, Sedih dan Marah yang bercampur aduk saat Ulama di hina. Hingga semalam, saya membaca sebuah tulisan indah dari seorang Guru saya, yang saya anggap juga sebagai Ulama.

Beliau adalah Bapak Rustam Effendi, dosen saya masa kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala, Walau saya selalu mendapatkan nilai E dan D pada mata kuliah beliau, tidak sedikitpun mengurangi rasa hormat saya pada beliau yang saya anggap juga sebagai Ulama. Karena bagi saya, setiap orang yang berilmu pengetahuan tinggi adalah Ulama dibidangnya, dan setiap orang yang pernah mengajari saya ilmu adalah Guru saya.

Pak Rustam Effendi, saya mohon di izinkan untuk membagikan kembali tulisan bapak di "tembok coretan" saya ini. Semoga diperkenankan.


HORMATILAH ULAMA


"ANDA boleh saja bergelar Doktor yang ahli konduktor, atau jago Matematika dengan kemampuan mengurai rumus hingga bintang tujuh. Anda bisa saja menyandang gelar Profesor yang sangat jago soal kompresor. Mungkin, Anda seorang Master yang dikenal hebat dan ahli obati penyakit udang Lobster. Atau, bisa jadi Anda baru saja menyandang titel Sarjana yang skripsinya memuat masalah dampak bencana, atau cara atasi hama tanaman Pala.

TIDAK masalah. Masing-masing hamba dikurniai hebat dibidangnya sendiri-sendiri. Hidup memang ada yang kita kejar dan disandang. Dengan begitu mungkin orang akan memandang kita. Itu pula yang mungkin membuat kita bernilai dan dikenal.

SIAPA pun kita, sebaiknya tidak lupa diri. Tidaklah memandang remeh orang lain. Setinggi apa pun sekolah dan gelar yang kini kita sandang searifnya tidak mengabaikan orang-orang di sekeliling kita.

ORANGTUA kita yang terutama harus dihormati. Karena mereka kita bisa begini. Ingatlah saat-saat kita dulu masih belum mampu berbuat apa-apa. Ayah-Bunda yang mengasuh dan mengarahkan hidup kita dengan buaian dan belaian kasih sayangnya. Papa-Mama kita juga yang membuat hidup kita jadi bermakna. Tanpa orangtua hidup sangat hampa dan dapat gelap arah jalan kita.

ULAMA juga sosok lain yang tak boleh kita remehkan dalam alur kehidupan ini. Inilah pewaris Nabi, penerang jalan kehidupan di saat-saat kita kehilangan arah. Ulama menjadi tempat bertanya, tidak hanya di saat susah dan gelisah, tapi juga ketika kita sedang dikucuri rahmat dan nikmat.

SAHABATKU, hargailah Ulama. Boleh kita tidak menyanjungnya, tidak mengapa, itu hak kita. Tapi, tetaplah hormati Ulama. Boleh saja Anda bergelar Profesor, Doktor, Master, atau Sarjana, tapi sejatinya jangan pernah hina Ulama, jangan pernah caci Ulama.

TAK mungkin lagi kita bisa bertemu Nabi dalam hidup ini karena tidak akan ada lagi Nabi. Tapi, yakinlah kita tetap akan selalu bertemu Ulama. Ulama juga yang ikut memandikan, mengkafankan, dan mensalatkan ketika kita mati, saat kembali ke haribaan Ilahi, nanti."

PESAN saya, jangan angkuh-congkak-sombong, Kawan.  

Tetap HORMATI ULAMA !♡♡♡♡♡[RE•21•11•2017]


Kutipan

Share:

Minggu, 19 November 2017

Ikan Paus Terdampar Pertanda Apa? Ini Pesan Ulama Aceh, Waspadalah


Masih segar di ingatan kejadian terdamparnya 10 ekor ikan Paus di Aceh Besar beberapa waktu lalu. Peristiwa yang tergolong langka tersebut tidak hanya menjadi pembicaraan hangat di Aceh, bahkan perhatian dunia Internasional. Sejumlah isu pun beredar terkait peristiwa terdamparnya ikan raksasa yang jenisnya di sebut dalam Al Quran dengan kisah Nabi Yunus Alaihi Salam.
Lalu, Apakah ada suatu pertanda kejadian Alam terkait peristiwa ini?


Saya tertarik pada tulisan Ustadz Tgk, Teuku Zulkhairi di status facebooknya, saat menanyakan  kepada seorang Ulama Karismatik Aceh, Almukarram Abu Kuta Krueng, perihal terdamparnya Ikan Paus di Aceh tersebut. 

Berikut saya kutip kembali tulisan beliau, dengan sedikit perbaikan kata tanpa mengurangi isi dan makna.
Sepulang dari mengisi sebuah pelatihan di Bireuen, saya (Tgk, Teuku Zulkhairi) minta pada Tgk Muhammad Zikri untuk diantarkan ke Dayah Darul Munawwarah Kuta Krueng Ulee Glee.Alhamdulillah, dengan ditemani guru senior di Dayah tersebut  Tgk Mujlis Darul Munawwarah hampir jam 11 malam, akhirnya bisa meminta petuah Abu Kuta Krueng, setelah selesai dengan masyarakat lain yang sudah duluan antri. Abu Kuta Krueng, sebagaimana jg para ulama lainnya senantiasa berinteraksi dengan masyarakat dalam hampir keseluruhan waktu dan hari-hari beliau. Ada masyarakat yg datang bertanya, minta tolong, minta dido'akan, minta nasehat, curhat dan seterusnya. Dan tentu saja, plus all out kebanyakan waktu beliau untuk membina generasi muda Aceh di Dayah beliau yang "Legendaris".  
Mengetahui saya dari Banda Aceh, Abu Kuta Krueng dengan semangat mengingatkan bahaya aktual komunisme. Menurut informasi, Abu Kuta Krueng memang dari dulu selalu mendoakan umat Islam dan negara ini dari bahaya makar Komunisme/ PKI. 
Setelah itu, akhirnya saya menyampaikan informasi terdamparnya Ikan Paus di perairan Aceh, Sebagaimana sebelum tsunami dulu hal serupa juga pernah terjadi. Lalu kami bertanya "apa tanda dari kejadian ini dan nasehat beliau untuk kami dan juga masyarakat Aceh.  
Lama Abu Kuta Krueng menunduk, dan kami pun terdiam hening.


Hingga kemudian, beliau mengingatkan sebuah pesan yang setiap jumat juga disampaikan para khatib shalat jum'at.
"Bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa. Dan janganlah kalian mati kecuali kalian dlm keadaan Islam".
Itulah nasehat ringkas Abu Kuta Krueng dimana beliau mengutip sebuah ayat pesan taqwa. Sebuah nasehat yg padat.
Kalau kita membaca buku-buku dan kitab tentang apa itu taqwa, maka kita akan menemukan sejumlah kriteria taqwa, Seperti beriman pada yang Ghaib, yaitu akan adanya hari kiamat dan adanya Malaikat (sesuatu yg tidak dipercayai kaum komunis). 

Kriteria berikutnya yaitu mendirikan shalat (sebagai tiang agama), puasa, rajin ber-istighfar di sepertiga malam, sabar menghadapi musibah, Tahajjud, suka memaafkan kesalahan orang lain, suka menginfakkan harta di jalan Allah di waktu sempit maupun lapang, menahan amarah dan seterusnya. 
Itulah di antara beberapa kriteria Taqwa disamping kriteria yang lainnya. Semoga Allah jadikan taqwa sebagai pakaian kita semuanya, karena sebaik-baik bekal di akhirat adalah Taqwa. 

Lalu, terkait dengan nasehat "Dan janganlah kalian mati kecuali dlm keadaan Islam", marilah kita berjuang sekuat tenaga dan berdo'a agar istiqamah di jalan Islam (mengikuti syari'at) sehingga akan meninggalkan dunia ini dalam keadaan kita sebagai Muslim atau muslimah dan Husnul Khatimah. 

Ini adalah nasehat penting di (akhir) zaman yang penuh fitnah, seperti diperingatkan oleh Rasulullah Sallallahu alaihi wa Sallam dalam hadis-hadis beliau, bahwa akan datang suatu zaman dimana banyak yang paginya beriman dan menjadi kafir di waktu sore. Begitulah sekilas gambaran sulitnya mempertahankan iman dan islam di akhir zaman. 

Oleh sebab itu, mari saling mengingatkan dan mendo'akan, jangan menjadi Sekuler, Liberal, Pluralisme Agama dan seterusnya. Dan tetaplah dalam Ahlussunnah wal Jama'ah sebagai sebuah Paradigma yang Tawasuth (moderat) di antara yang terlalu ke kiri atau terlalu ke kanan. 

Kita tidak bisa lari dari kematian dan apapun yang sudah atau akan ditaqdirkan oleh Allah Subhanahu wa Taalah, tapi kita bisa berjuang untuk meraih taqwa dan mempertahankan keimanan kita, sehingga Aqidah kita tetap Salim (selamat) dari hal-hal yang mengotorinya.Oleh sebab itu, marilah kita selalu berdo'a agar bisa meninggalkan dunia ini dlm keadaan Husnul Khatimah. Amiin ya Allah

sumber : akun Facebook Teuku Zulkhairi
Share:

Minggu, 25 Desember 2016

Hukum Mengucapkan "Selamat Natal" Menurut Ulama 4 Mazhab

 

Mayoritas ulama salaf dari madzhab empat - Syafi'i, Hanafi Maliki, Hanbali, mengharamkan ucapan selamat pada hari raya non-Muslim. Berikut pendapat mereka:

1. MADZHAB SYAFI'I

Al Imam Ad Damiri dalam Al-Najm Al-Wahhaj fi Syarh Al-Minhaj, "Fashl Al-Takzir", hlm. 9/244, dan Khatib Syarbini dalam Mughnil Muhtaj ila Makrifati Ma'ani Alfadzil Minhaj, hlm. 4/191, menyatakan:)

تتمة : يُعزّر من وافق الكفار في أعيادهم ، ومن يمسك الحية ، ومن يدخل النار ، ومن قال لذمي : يا حاج، ومَـنْ هَـنّـأه بِـعِـيـدٍ ، ومن سمى زائر قبور الصالحين حاجاً ، والساعي بالنميمة لكثرة إفسادها بين الناس ، قال يحيى بن أبي كثير : يفسد النمامفي ساعة ما لا يفسده الساحر في سنة

(Artinya: Ditakzir (dihukum) orang yang sepakat dengan orang kafir pada hari raya mereka, orang yang memegang ular, yang masuk api, orang yang berkata pada kafir dzimmi "Hai Haji", orang yang mengucapkan selamat pada hari raya (agama lain), orang yang menyebut peziarah kubur orang saleh dengan sebutan haji, dan pelaku adu domba karena banyaknya menimbulkan kerusakan antara manusia. Berkata Yahya bin Abu Katsir: Pengadu domba dalam satu jam dapat membuat kerusakan yang baru bisa dilakukan tukang sihir dalam setahun.

Ibnu Hajar Al-Haitami dalam Al-Fatawa Al-Fiqhiyah, hlm. 4/238-239, menyatakan:

ثم رأيت بعض أئمتنا المتأخرين ذكرما يوافق ما ذكرته فقال : ومن أقبح البدع موافقة المسلمين النصارى في أعيادهم بالتشبه بأكلهم والهدية لهم وقبول هديتهم فيه وأكثر الناس اعتناء بذلك المصريون وقد قال صلى الله عليه وسلم } من تشبه بقوم فهو منهم { بل قال ابن الحاج لا يحل لمسلم أن يبيع نصرانيا شيئا من مصلحة عيده لا لحما ولا أدما ولا ثوبا ولا يعارون شيئا ولو دابة إذ هو معاونة لهم على كفرهم وعلى ولاة الأمر منع المسلمين من ذلك ومنها اهتمامهم في النيروز... ويجب منعهم من التظاهر بأعيادهم

(Artinya: Aku melihat sebagian ulama muta'akhirin menuturkan pendapat yang sama denganku, lalu ia berkata: Termasuk dari bid'ah terburuk adalah persetujuan muslim pada Nasrani pada hari raya mereka dengan menyerupai dengan makanan dan hadiah dan menerima hadiah pada hari itu. Kebanyakan orang yang melakukan itu adalah kalangan orang Mesir. Nabi bersabda ; "Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka iabagian dari mereka". Ibnu Al-Haj berkata: Tidak halal bagi muslim menjual sesuatu pada orang Nasrani untuk kemasalahan hari rayanya baik berupa daging, kulit atau baju. Hendaknya tidak meminjamkan sesuatu walupun berupa kendaraan karena itu menolong kekufuran mereka. Dan bagi pemerintah hendaknya mencegah umat Islam atas hal itu. Salah satunya adalah perayaan Niruz (Hari Baru)... dan wajib melarang umat Islam menampakkan diri pada hari raya non-muslim.

 2. MADZHAB HANAFI

Ibnu Najim dalam Al-Bahr Al-Raiq Syarah Kanz Al-Daqaiq, hlm. 8/555,

قال أبو حفص الكبير رحمه الله : لو أن رجلا عبد الله تعالى خمسين سنة ثمجاء يوم النيروز وأهدى إلى بعض المشركين بيضة يريد تعظيم ذلك اليوم فقد كفر وحبط عمله وقال صاحب الجامع الأصغر إذا أهدى يوم النيروز إلى مسلم آخر ولم يرد به تعظيم اليوم ولكن على ما اعتاده بعض الناس لا يكفر ولكن ينبغي له أن لا يفعل ذلك في ذلك اليوم خاصة ويفعله قبله أو بعده لكي لا يكون تشبيها بأولئك القوم , وقد قال صلى الله عليه وسلم } من تشبه بقوم فهو منهم { وقال في الجامع الأصغر رجل اشترى يوم النيروز شيئا يشتريه الكفرة منه وهو لم يكن يشتريه قبل ذلك إن أراد به تعظيم ذلك اليوم كما تعظمه المشركون كفر, وإن أراد الأكل والشرب والتنعم لا يكفر

Artinya: Abu Hafs Al-Kabir berkata: Apabila seorang muslim yang menyembah Allah selama 50 tahun lalu datang pada Hari Niruz (tahun baru kaum Parsi dan Kurdi pra Islam -red) dan memberi hadiah telur pada sebagian orang musyrik dengan tujuan untuk mengagungkan hari itu, maka dia kafir dan terhapus amalnya.

Berkata penulis kitab Al-Jamik Al-Asghar: Apabila memberi hadiah kepada sesama muslim dan tidak bermaksud mengagungkan hari itu tetapi karena menjadi tradisi sebagian manusia maka tidak kafir akan tetapi sebaiknya tidak melakukan itu pada hari itu secara khusus dan melakukannya sebelum atau setelahnya supaya tidak menyerupai dengan kaum tersebut. Nabi bersabda: "Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia bagian dari mereka." Penulis kitab Al-Jamik Al-Asghar berkata: Seorang lelaki yang membeli sesuatu yang dibeli orang kafir pada hari Niruz dia tidak membelinya sebelum itu maka apabila ia melakukan itu ingin mengagungkan hari itu sebagaimana orang kafir maka ia kafir. Apabila berniat untuk makan minum dan bersenang-senang saja tidak kafir.

3. MADZHAB MALIKI

Ibnul Haj Al-Maliki dalam Al-Madkhal, Juz 2/Hal 46-48 menyatakan:

ومن مختصر الواضحة سئل ابن القاسم عن الركوب في السفن التي يركب فيها النصارى لأعيادهم فكره ذلك مخافة نزول السخط عليهم لكفرهم الذي اجتمعوا له . قال وكره ابن القاسم للمسلم أن يهدي إلى النصراني في عيده مكافأة له . ورآه من تعظيم عيده وعونا له على مصلحة كفره . ألا ترى أنه لا يحل للمسلمين أن يبيعوا للنصارى شيئا من مصلحة عيدهم لا لحما ولا إداما ولا ثوبا ولا يعارون دابة ولا يعانون على شيء من دينهم ; لأن ذلك من التعظيم لشركهم وعونهم على كفرهم وينبغي للسلاطين أن ينهوا المسلمين عن ذلك , وهو قول مالك وغيره لم أعلم أحدا اختلف في ذلك

Artinya: Ibnu Qasim ditanya soal menaiki perahu yang dinaiki kaum Nasrani pada hari raya mereka. Ibnu Qasim tidak menyukai (memakruhkan) hal itu karena takut turunnya kebencian pada mereka karena mereka berkumpul karena kekufuran mereka. Ibnu Qasim juga tidak menyukai seorang muslim memberi hadiah pada Nasrani pada hari rayanya sebagai hadiah. Ia melihat hal itu termasuk mengagungkan hari rayanya dan menolong kemaslahatan kufurnya. Tidakkah engkau tahu bahwa tidak halal bagi muslim membelikan sesuatu untuk kaum Nasrani untuk kemaslahatan hari raya mereka baik berupa daging, baju; tidak meminjamkan kendaraan dan tidak menolong apapun dari agama mereka karena hal itu termasuk mengagungkan kesyirikan mereka dan menolong kekafiran mereka. Dan hendaknya penguasa melarang umat Islam melakukan hal itu. Ini pendapat Malik dan lainnya. Saya tidak tahu pendapat yang berbeda.

4. MADZHAB HANBALI

Al-Buhuti dalam Kasyful Qina' an Matnil Iqnak, hlm. 3/131, menyatakan:

 ويحرم تهنئتهم وتعزيتهم وعيادتهم ( ; لأنه تعظيم لهم أشبه السلام .) وعنه تجوز العيادة ( أي : عيادة الذمي ) إن رجي إسلامه فيعرضه عليه واختاره الشيخ وغيره ( لما روى أنس } أن النبي صلى الله عليه وسلم عاد يهوديا , وعرض عليه الإسلام فأسلم فخرج وهو يقول : الحمد لله الذي أنقذه بي من النار { رواه البخاري ولأنه من مكارم الأخلاق .) وقال ( الشيخ ) ويحرم شهود عيد اليهود والنصارى ( وغيرهم من الكفار ) وبيعه لهم فيه ( . وفي المنتهى : لا بيعنا لهم فيه ) ومهاداتهم لعيدهم ( لما في ذلك من تعظيمهم فيشبه بداءتهم بالسلام.

Artinya: Haram mengucapkan selamat, takziyah (ziarah orang mati), iyadah (ziarah orang sakit) kepada non-muslim karena itu berarti mengagungkan mereka menyerupai (mengucapkan) salam. Boleh iyadah kafir dzimmi apabila diharapkan Islamnya dan hendaknya mengajak masuk Islam. Karena, dalam sebuah hadits riwayat Bukhari, Nabi pernah iyadah pada orang Yahudi dan mengajaknya masuk Islam lalu si Yahudi masuk Islam lalu berkata, "Alhamdulillah Allah telah menyelamatkan aku dari neraka." Dan karena iyadah termasuk akhak mulia. Haram menghadiri perayaan mereka karena hari raya mereka, karena hal itu termasuk mengagungkan mereka sehingga hal ini menyerupai memulai ucapan salam.

Wallahu 'A'lamu bis shawaab.
Share:

Terima Kasih Hari ini Anda Pembaca ke:

REPORTER TV