Jumat, 21 Oktober 2016

TU7UH Langkah Meraih Sukses




Oleh : Akmal Hanif 

Seorang mahasiswa bertanya pada saya, 

“Apa sih yang harus kami lakukan sehingga kami bisa sukses seperti Abi Akmal? 

Saya jawab, “saya bukan orang sukses.. tapi saya orang yang tidak pernah kapok dan jera jatuh bangun dalam usaha. Karena saya berfikir perjalanan hidup masih panjang (secara adat) dan juga masih banyak orrang-orang cacat fisik diluar sana yang sudah sukses tapi dia adalah pekerja keras”

Sahabat, saya akan berbagi  tips dan tahapan yang harus dilakukan, untuk lebih cemerlang di masa depan.

Pertama : Rubah mindset.
Ubah pemikiran, hilangkan kalimat tidak mugkin dalam hidup anda. Hilangkan rasa penakut dan pemalas, jauhkan sifat mengeluh, hapuskan sifat pecundang.

Kedua : Buatlah mimpi-mimpi  dalam hidup anda.
Bercita-citalah anda ingin seperti apa, sehingga anda akan tahu kemana arah harus berjalan.

Ketiga : Buatlah perencanaan hidup yang bagus dan semangat.
Buatlah perencanaan langkah yang harus dilakukan sebagai pedoman untuk meraih impian.

Keempat : Action.
Mulailah take action apa yang dicita-citakan.

Kelima : Mengasah Skill dan Kemampuan.
Mengasah dan mempertajam Skill dan Kemampuan dalam hal apa yg dicita-citakan sangat penting. Hanya skill (bukan ijazah) yang menjamin anda untuk mencapai sukses.

Keenam : Fokus.
Tetaplah selalu Fokus dalam dunia untuk mencapai impian  yang dicita-citakan.

Ketujuh : Berjiwa Satria.
Selalu  berjiwa satria dan tidak cengeng. Karena berani untuk sukses berati berani juga untuk gagal.

Semoga   bermanfaat.

Penulis adalah : CEO Elhanief Group, pengusaha muda Aceh yang pernah mengalami mengalami keterpurukan dalam membangun kerajaan bisnisnya, bahkan sempat harus mendekam di “Hotel Prodeo” dalam kasus Konses Maher Zain di Aceh.



Share:

Rabu, 19 Oktober 2016

Belajar Bisnis dari Perlombaan "Supir Angkot vs Driver Formula 1"




Kalau bisnis kita anggap sebagai supir. Bisnis kita itu masuk ke mana?
Apakah kelas supir angkot atau driver formula 1?
Sama-sama supir lho. Namun kelasnya jelas berbeda. Pendapatannya juga jelas berbeda.
Sebuah bisnis tanpa keistimewaan ibaratnya supir angkot. Dimana-mana ada. Malah kadang-kadang lebih terasa mengganggu dibandingkan bermanfaat.

Contoh konkrit lainnya:

Tukang ayam goreng banyak, tapi cuma ada satu KFC.
Tukang hamburger banyak, tapi cuma ada satu Mc Donald's.
Tukang Roti banyak, tapi cuma ada satu Breadtalk.
.....
dan masih banyak lagi contohnya...coba deh cari 5 contohnya sendiri. Saya kasih contoh makanan karena kebetulan lagi laper aja hehehe..

Lalu Apa bedanya Supir angkot vs Driver Formula 1 ?

Supir angkot mengerjakan semuanya sendiri. Sementara Driver Formula 1 didukung oleh team ahli, desain engine, mekanik, bahkan tukang ganti bannya saja kelasnya berbeda.

Supir angkot semua orang juga bisa, tidak perlu skill khusus. Sementara hanya segelintir orang di dunia yang bisa jadi Driver Formula 1. Butuh keahlian fisik mental dan strategi.

Supir angkot kehadirannya dicibir orang, Orang naik karena terpaksa, kalau bisa sih gak mau deh naik angkot. Driver Formula 1 kehadirannya dinantikan semua orang, bahkan ada yang rela jauh-jauh nonton di negara lain untuk bisa lihat langsung pertandingannya.

Supir angkot gak punya brand, semuanya sama saja. Driver Formula 1 brandnya kuat, dan punya nilai yang kalau diuangkan luar biasa pendapatannya.

Supir angkot gak dikenal namanya, Driver Formula 1 dikenal hampir semua orang dan dielu-elukan semua orang. Muncul di TV, majalah, dan jadi bintang iklan.

Nah…
Mau bisnis kita seperti Pembalap Driver Formula 1?

Saya mau tanya dulu kesiapan kita semua disini.
1. Siapkah kita merekrut orang-orang terbaik untuk support bisnis kita. Bukan yang bergaji murah, tetapi lulusan terbaik dari sekolah terbaik?
2. Siapkah kita membangun brand kita menjadi dikenal orang ? Dan bukan cuma sekedar hidup dari "hari demi hari"
3. Siapkah kita membangun diri kita hari demi hari. Memperkuat fisik dan juga mental kita, dengan belajar terus menerus, ikut training, seminar, dan juga melatih team kita.
4. Siapkah kita membangun system di perusahaan kita, sehingga tingkat efisiensinya luar biasa tinggi, meskipun anggota team berganti, tidak akan pernah pincang.
5. Siapkah kita mendesain user experience yang luar biasa? Yang akan membuat orang kembali dan kembali lagi?

Salam cerdas berbisnis.

Penulis adalah : Founder Arta Advisor “Sustainable Business Intelligenx".

Share:

Kamis, 06 Oktober 2016

Dari "Peh Tem" ke "Pemancar", Warkop Nongkrong Agen Macam-Macam




Tulisan ini hanya keisengan bercerita tentang warung kopi tempat saya biasa nongkrong.



Namanya Warkop Pemancar. Letakanya persis di depan kantor Keuchik Gampong Punge Blang Cut. Dulunya warkop ini bernama Peh Tem, sebuah istilah dalam bahasa Aceh, yang artinya "memukul kaleng". Secara istilah 'Peh Tem' bisa memiliki pengertian negatif. Dianggap sebagai “kata kerja” yang tidak bermafaat, dengan makna berbicara tanpa makna dan tidak menguntungkan. Namun sebenarnya, tidak mudah untuk bisa terus terlibat mengikuti pembicaraan dalam sebuah kelompok ngopi barenga oleh beberapa orang dengan latar belakang yang berbeda pula. Apalagi tema yang berubah-ubah, dari politik, ekonomi, agama, olahraga, film hingga soal kopi itu sendiri. Sangat sulit jika kita tidak memiliki wawasan yang luas atas berbagai hal. Namun dari warkop Peh Tem sendiri akhirnya terbentuk komunitas Peh Tem, yang ujungnya malah membawa manfaat, dimana bisa menjadi sharing informasi bisnis dari para penikmat kopi yang mampir dari berbagai pelosok kota Banda Aceh. 



Dulunya warkop Peh Tem mencoba mempertahankan bentuk bangunan tradisional menggunakan kayu dan atap daun rumbia. Namun kondisi cuaca ekstrim yang sering melanda Banda Aceh, membuat bangunan warkop tidak bertahan lama. Seiring renovasi yang dilakukan para owner, yaitu Rudi, Iskandar, Nasromi dan Faisal, nama Peh Tem pun berubah menjadi Warkop Pemancar. Namun komunitas Peh Tem pengunjung Warkop ini tetap eksis, ngopi bareng dan berkumpul menjadi kempok “Agen Macam-Macam” alias AMM. 



Tidak hanya itu, warkop Pemancar juga digunakan sebagai tempat reuni beberapa angkatan sekolah. Salahsatunya alumni SMA 2 Banda Aceh, yang kebetulan di komando Isnandar, Febri dan Rudy Nyak Black alias Rudi Kayee.


Selain dilengkapi fasilitas Wifi, warkop Pemancar juga di lengkapi dengan televisi layar lebar plus layar proyektor, untuk memanjakan pengunjung nonton bareng siaran olahraga seperti Sepakbola dan Moto GP.




Barakahnya, lokasi warkop Pemancar juga bersebelahan dengan Mushala Musafir sehingga pengunjung warkop dengan mudah dapat melaksanakan ibadah jika waktu shalat tiba. 


Udah ah..hampir magrib…gitu aja dulu tulisan iseng ini...saya mo abisin sisa kopi pancong n pulang . Yang mo mampir ke Warkop Pemancar, silahkan aja…..sambil kita Peh Tem.

Hahaha…..

Share:

Rabu, 31 Agustus 2016

Asal Muasal nama "Peunayong"



       Aceh China Town "fake history"

Pada abad ke 11, Aceh yang terletak di ujung Sumatera ini sudah sangat dikenal oleh dunia luar. Kesuburan tanahnya dan letaknya yang strategis dipintu selat Malaka menjadikan Aceh menjadi magnet orang-orang dari penjuru negeri untuk berdagang dan malah menetap di wilayah ini. Sehingga ragam ras dan suku bangsa pun masuk dan tinggal di Aceh, tidak terkecuali etnis China. Pada awalnya, Peunayong tidaklah dikenal seperti sekarang ini. Orang Aceh setempat menyebutnya dengan "Bineh Krueng". Sampai suatu saat datanglah seorang Ksatria dari daratan china, dari Kekaisaran Ming yg bernama Yong Pe Hung. Yong Pe Hung ini, merantau dari China ke Aceh setelah pensiun dari tentara elit kekaisaran MiƱg. Dengan bermodalkan bekal gaji atau tunjangan pensiunnya ini, Yong Pe Hung memulai bisnis baru berdagang ke Aceh. Yong Pe Hung menetap di Bineh Krueng Aceh bersama komunitas Tiong Hoa lainnya yg sudah duluan ada di Aceh. Berdagang merupakan salah satu kegiatan utama mereka. Yong Pe Hung dikenal sebagai orang yang sangat ramah dan sangat mudah bergaul dengan penduduk asli Aceh saat itu.

Sampai suatu pagi, si Yong Pe Hung membuka kedainya untuk berjualan, tiba-tiba pintu kedainya macet dan tidak bisa dibuka, Yong Peng Hung bersusah payah membuka pintu kedainya yang macet tersebut.
Sampai datanglah seorang pembeli dari penduduk sekitar yang menanyakan..
        " Peu..na.. Yong ..?''


dan sejak saat itu Bineh Krueng Aceh tersebut disebut "Peunayong".

dikisahkan  dengan bercanda oleh :
Budi Azhari dalam status facebook saat sedang menikmati kopi di warkop langganan.
Share:

Terima Kasih Hari ini Anda Pembaca ke:

REPORTER TV