𝐌𝐄𝐃𝐈𝐀 𝐑𝐄𝐏𝐎𝐑𝐓𝐀𝐒𝐄 𝐆𝐋𝐎𝐁𝐀𝐋


🅿🅴🅼🅱🅰🅲🅰

Rabu, 27 Maret 2024

TERNYATA ADA CAFE DI ACEH TETAP BUKA SIANG SELAMA BULAN PUASA

 


THE REPORTER, Banda Aceh | Sudah menjadi hal yang diketahui banyak orang, di Aceh, selama bulan Ramadhan, tidak ada yang berjualan makanan minuman di siang hari. Semua restoran, rumah makan, warung kopi dan cafe sejak pagi hingga menjelang waktu berbuka puasa.

Sejumlah cafe di Banda Aceh menyiasati usaha mereka dengan menjadikannya sebagai ruang kerja bersama (coworking space), sehingga tetap bisa berusaha di tengah larangan membuka gerai sejak imsak hingga asar selama Ramadhan.

"Ide tersebut berawal dari melihat fenomena mahasiswa serta pekerja yang kebiasaannya duduk di warung kopi untuk bekerja," kata barista Cafe Rumah Ulu, Febrian, di Banda Aceh, Kamis.

Salah satu cafe yang menggunakan konsep ini adalah Rumah Ulu di Lamgugob, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh. Mereka menyewakan ruang cafe menjadi ruang kerja bersama mulai pagi pukul 08.00 hingga 16.00 WIB selama bulan Ramadhan.
 
Febrian menyampaikan, di hari biasa kebanyakan mahasiswa dan pekerja melakukan kegiatan di cafe atau warung kopi. Tetapi mereka kehilangan tempat saat bulan Ramadhan karena larangan buka dari Forkopimda.

“Dari situ, kami berpikir untuk menyediakan tempat kerja selama Ramadhan, tetapi tidak bisa pesan makan dan minum,” ujarnya.
Dirinya menjelaskan, Rumah Ulu pertama kali mencoba menyewakan ruang cafe ini pada Ramadhan tahun lalu. Ternyata, banyak yang berminat, sehingga konsep tersebut diteruskan sampai Ramadhan ini.

“Banyak customer yang berterima kasih karena sudah kita sediakan ruang kerja, karena saat bulan puasa di Aceh susah untuk mencari tempat buat kerja, banyak yang tutup. Paling yang bisa digunakan perpustakaan,” katanya.

Setiap harinya, Rumah Ulu rata-rata menerima 3-20 pengunjung yang menyewa coworking space di sana. Pengunjung menggunakannya untuk mengerjakan tugas, bekerja, dan rapat bersama.

“Bahkan, kita juga beberapa kali menerima instansi yang menggunakan coworking space kita untuk rapat dengan kapasitas 50 orang,” kata Febrian.

Untuk menyewa ruang kerja di Rumah Ulu, pengunjung cukup merogoh kocek Rp30 ribu per orang. Kemudian, bisa menikmati fasilitas cafe mulai dari meja dan kursi hingga WiFi sepuasnya dari pagi hingga Asar.

Tidak hanya Rumah Ulu, beberapa cafe di Banda Aceh yang diketahui juga menggunakan konsep serupa saat Ramadhan tahun ini, diantaranya Locative Coffee di Lamreung, Ulee Kareng dan Youngs Coffee di Kampung Mulia.(ANTARA)

Share:

FILM "KIBLAT" MENGHINA AGAMA ISLAM ?? INI TANGGAPAN MUI

 


 

THE REPORTER | Majelis Ulama Indonesia (MUI) merespons adanya pembahasan tentang sejumlah film horor berjudul "Kiblat" yang menggunakan istilah dan/atau unsur Agama Islam dalam judulnya.

 Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa Prof Asrorun Niam Sholeh menegaskan penggunaan istilah dan simbol keagamaan harus digunakan pada tempat yang pas.

"Prinsipnya, kita harus menggunakan istilah dan/atau simbol agama pada tempatnya yang pas," tegas Niam dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Selasa.

Polemik tentang film tersebut menimbulkan sejumlah pro dan kontra di media sosial, termasuk adanya ajakan boikot yang viral di media sosial Instagram.

Meski demikian Niam menyebut saat ini belum ada pembahasan khusus di internal MUI. Demikian pula soal fatwa terkait penggunaan istilah-istilah agama yang tidak sesuai dengan tempatnya.

"Fatwa ditetapkan setelah ada pendalaman dengan informasi yang utuh," ujar Niam.

Sebelumnya Ketua MUI bidang Dakwah dan Ukhuwah Muhammad Cholil Nafis sempat mengutarakan pendapatnya soal film yang berjudul "Kiblat" melalui akun media sosial Instagram pribadinya di @cholilnafis.

Diketahui, film tersebut memiliki poster dengan gambar seseorang yang sedang melakukan gerakan ruku dalam shalat, namun wajahnya menghadap ke atas dan bukan ke bawah seperti sewajarnya dalam gerakan shalat.

"Saya tak tahu isi filmnya, maka belum bisa komentar. Tapi gambarnya seram ko’ judulnya Kiblat ya. Saya buka-buka arti Kiblat hanya Ka’bah, arah menghadapnya orang-orang shalat," ungkap Cholil dalam unggahannya (24/3).

Menurutnya, upaya semacam ini kerap dimainkan oleh pebisnis untuk meraup untung, yang tidak dapat dibenarkan.

"Kalo ini benar, sungguh film ini tak pantas diedar dan termasuk kampanye hitam terhadap ajaran agama. Maka film ini harus diturunkan dan tak boleh tayang," tegas Cholil dalam unggahan yang sama.(*)

Share:

DIUSIR WARGA, PENGUNGSI ROHINGYA PINDAH KE KANTOR BUPATI ACEH BARAT

 


THE REPORTER, Aceh Barat | Setelah mendapat penolakan dari warga, akhirnya Pemerintah Kabupaten Aceh Barat memutuskan untuk memindahkan pengungsi Rohingya ke ke gedung dalam area Kompleks Kantor Bupati, di Meulaboh, Selasa (26/03/2024) sore.

“Pemindahan pengungsi Rohingya dilakukan oleh pemerintah daerah setelah berkoordinasi dengan UNCHR dan IOM,” kata Ketua PMI Aceh Barat Junaidi Rasyid.

Sebelumnya sebanyak 75 warga etnis Rohingya mengungsi di Gedung Palang Merah Indonesia (PMI) Aceh Barat, di Gampong Suak Nie, Kecamatan Johan Pahlawan.

Proses pemindahan puluhan pengungsi etnis Rohingya dilakukan dua tahap.

Diawali dengan pemindahan pengungsi  perempuan, disusul pengungsi laki-laki diangkut menggunakan truk milik Dinas Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Aceh Barat. 

Pemindahan dilakukan setelah sebelumnya terjadi aksi penolakan oleh warga Gampong Suak Nie, dengan keberadaan pengungsi Rohingya di Gedung Palang Merah Indonesia (PMI) yang berlokasi di desa mereka.(*)

Share:

Selasa, 26 Maret 2024

ACEH BARAT BERAKSI USIR PENGUNGSI ROHINGYA

 


THE REPORTER, Aceh Barat | Penolakan terhadap kehadiran pengungsi Rohingya ditunjukkan warga Gampong Suak Nie, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat, dengan menggelar aksi, Selasa (26/03/2024), di Gedung Palang Merah Indonesia (PMI) yang berlokasi di desa mereka.

Puluhan warga ini mendesak pemerintah daerah memindahkan pengungsi Rohingya dari desa mereka, karena masyarakat merasa tidak nyaman dengan kehadiran para pengungsi.


“Kami mau pengungsi Rohingya dipindah dari desa kami,” kata M Nasir, salah satu warga Desa Suak Nie, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat, dikutip dari ANTARA.


Pengalaman selama ini, lanjut M. Nasir, banyak kejadian pengungsi Rohingya yang kabur dari kamp pengungsian pada sejumlah daerah di Aceh.


“Kami juga menagih janji pemerintah daerah yang sebelumnya meminta waktu selama lima hari untuk menempatkan pengungsi Rohingya di desa kami, namun hingga hari keenam, puluhan pengungsi etnis Rohingya masih disini,” lanjutnya.


Sementara itu, Asisten Pemerintahan Sekretariat Daerah Kabupaten Aceh Barat, yang juga Teuku Samsul Alam yang juga Penanggungjawab 2 Pengungsi Rohingya meminta kepada masyarakat agar bersabar.

“Pemerintah Kabupaten Aceh Barat saat ini sedang melakukan komunikasi dengan Pemerintah Aceh dan pihak terkait penanganan Rohingya,” jelasnya.

Sebelumnya,  Pemerintah Kabupaten Aceh Barat menempatkan sementara 69 pengungsi Rohingya korban kapal terbalik di Gedung Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Aceh Barat, berlokasi di Desa Suak Nie, Kecamatan Johan Pahlawan, kabupaten setempat.

 


 

“Mereka kita tempatkan sementara di gedung PMI setelah sebelumnya mendapatkan penolakan dari masyarakat di Beureugang, Kecamatan Kaway XVI,” kata Ketua Tim Penanganan Pengungsi Rohingya Kabupaten Aceh Barat, Teuku Samsul Alam kepada wartawan di Meulaboh, Kamis petang.

Ia mengatakan, penempatan para korban kapal terbalik tersebut didasarkan atas rasa kemanusiaan, setelah sebelumnya etnis Rohingya tersebut mengalami musibah di perairan Aceh Barat akibat kapal yang ditumpangi terbalik.

Teuku Samsul Alam menjelaskan penampungan sementara etnis Rohingya tersebut dilakukan dalam waktu sementara dan belum bisa dipastikan jangka waktunya, mengingat saat ini pemerintah daerah masih terus melakukan komunikasi dengan Pemerintah Aceh dan pemerintah pusat terkait penanganan pengungsi Rohingya.

“Oleh karena itu, kami (pemerintah daerah) akan menunggu petunjuk lebih lanjut dari pemerintah pusat dan provinsi,” katanya.

Teuku Samsul Alam mengatakan keberadaan pengungsi etnis Rohingya diupayakan tidak berada lama di Kabupaten Aceh Barat, apakah nantinya akan di bawa ke Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, hal tersebut masih menunggu petunjuk lebih lanjut.

Terhadap penanganan bantuan para pengungsi, kata dia, Pemerintah Kabupaten Aceh Barat saat ini terus menjalin komunikasi dan kerjasama dengan IOM dan UNHCR, guna memenuhi kebutuhan para etnis Rohingya selama berada di Kabupaten Aceh Barat.

“Kita juga akan buka dapur umum disini, termasuk membuka tenda, menempatkan petugas kesehatan,” kata Samsul Alam.

Ia mengatakan, upaya tersebut dilakukan sebagai bentuk perhatian pemerintah daerah terhadap para korban, yang sebelumnya diselamatkan setelah kapal yang ditumpangi etnis Rohingya terbalik di perairan Aceh Barat.

“Hal ini kita lakukan sebagai bentuk memuliakan tamu, mereka (pengungsi) juga saudara kita,” demikian Samsul Alam.(*)

Share:

ACEHREPORTER.COM

VIDEO LEGEND