Ini adalah Kisah Nyata Seorang Santri Melihat Keramat Abu Woyla Wali Allah Sebelum Terjadinya Tsunami di Aceh
Abu Ibrahim Woyla adalah seorang ulama pengembara yang berasal dari Aceh Barat.
Abu Ibrahim Woyla di kalangan masyarakat Aceh, juga dikenal dengan nama Abu/Teungku Beurahim Keuramat.
Ketika Abu Ibrahim Woyla meninggal, ribuan orang berkunjung untuk melayat selama 30 hari sebagai tanda bahwa ia sangat dihormati oleh masyarakat.
Abu Ibrahim Woyla dipercaya masyarakat Aceh mempunyai Karomah sebagai Wali Allah.
Diceritakan 15 hari sebelum bencana besar, gempa bumi dan gelombang tsunami melanda Aceh pada 26 Desember 2004.Dilansir portal Majalengka dari kanal YouTube Penerus Para Nabi.
Wali Allah almarhum Abu Ibrahim, mengabarkan kepada muridnya yang bernama Mukhlis, perihal akan datangnya bencana besar itu.
Namun Abu Woyla, hanya memberitahu kepada dua muridnya saja yang selalu mengikuti.
Tetapi Abu Woyla, melarang memberitahukan kepada orang lain. hanya saja Mukhlis, diperintahkan untuk segera mengajak keluarganya untuk pergi dari bibir Pantai.
Mukhlis menceritakan kembali keseharian Abu Woyla, sebelum Tsunami meluluh lantahkan Aceh.
Anehnya, tidak seperti hari-hari biasanya
Abu Woyla sudah jarang makan dan terlihat gelisah.
Pernah suatu ketika Mukhlis dipanggil oleh Abu Woyla, untuk memberitahukan perihal bencana besar, saat itu Mukhlis masih menuntut ilmu di Dayah Pelulanteu Aceh Barat.
"Besar sekali kerja ke depan dan siapa saja yang membuka rahasia Allah maka dia kafir begitu", kata Mukhlis menirukan ucapan Abu Ibrahim.
Mukhlis juga mendengar hal yang sama dari Abu Usman, yang masih ada hubungan dekat dengan Abu Ibrahim Woylah.
Bahkan kepada orang tuanya sendiri, Mukhlis tidak memberitahukan apa yang sudah beliau ketahui.
"Di bandara Blang bintang, pesawat akan terbang siang malam di laut Ulee Lhe. akan ada kapal laut sebesar lapangan bola di dalamnya orang putih-putih", ucap Mukhlis lagi mengutip perkataan Abu Usman.
Kata Mukhlis, sejak kata-kata tersebut diucapkan oleh Abu Ibrahim. keseharian Abu seperti berubah.
Bahkan jika sedang tidur malam hari sering Abu tiba-tiba terbangun dan langsung duduk.
Berpikir melihat ini perasaan Mukhlis pun semakin cemas, dalam hatinya ia merasa kalau peristiwa besar sudah semakin dekat.
Entah apa yang terpikirkan oleh Abu Woyla, 4 hari sebelum gempa bumi dan tsunami di Aceh, terjadi.
Abu Ibrahim mengajak Mukhlis ke Banda Aceh dengan mobil pinjaman Muklis lalu menyupiri Abu hingga ke Banda Aceh.
Di Banda Aceh mereka menginap di salah satu rumah di kawasan Blower. ada permintaan dari yang punya rumah.
"Agar Abu Ibrahim, berkenan untuk menginap hanya semalam saja di rumahnya", kata Mukhlis.
Mukhlis menambahkan, "saat di sana sewaktu makan pun aku tidak makan lagi, aku mengepal nasinya menjadi 3 bagian.
Setelah aku makan sedikit, satu bagian dari kepala nasinya. kemudian seluruhnya aku berikan kepadanya untuk dimakan".
Pada esoknya Kamis pagi 23 Desember 2006 Abu berkata kepada Mukhlis jika beliau ingin jalan-jalan keliling kota Banda Aceh. tanpa membantah dengan mobil pinjamannya Mukhlis pun membawa abu jalan-jalan.
Setelah sarapan ala kadarnya di warung samping Simbun Simbreh, lalu Abu meminta Muklis untuk membawanya Ke kawasan peulanggaran. tiba di depan masjid Tengku di Anjong, Abu minta mobil dihentikan di luar pagar Masjid.
Abu menatap ke arah makam tengku di Anjong, seolah-olah Abu berbicara, "sekali Abu terbunuh sendiri" jelas Mukhlis di Dayah pulo Le yang saat itu sedang dalam pembangunan.
Mukhlis mengetahui persis garis keturunan Abu Ibrahim woyla. awalnya garis ke atas keturunan Abu Ibrahim Woyla yang berasal dari negeri Belanda.
Berjumlah 7 orang, datang ke tanah Aceh. persisnya berlabuh di Aceh Barat, kemudian ketujuhnya berpisah, ke beberapa daerah di Aceh dan di luar Aceh, untuk menyebarkan agama Islam.
Itulah kisah karomah Abu Woyla Wali Allah dari Aceh yang disaksikan oleh muridnya sebelum terjadinya bencana Gempa dan gelombang Tsunami Aceh, Ahad 26 Desember 2004.(*)