𝐌𝐄𝐃𝐈𝐀 𝐑𝐄𝐏𝐎𝐑𝐓𝐀𝐒𝐄 𝐆𝐋𝐎𝐁𝐀𝐋


🅿🅴🅼🅱🅰🅲🅰

Kamis, 23 November 2017

Kisah Atlit Muslim "Mancung" Yang Bikin Kagum Warga Jepang

http://www.gettyimages.com/detail/news-photo/yasuhiro-yamashita-compete-with-mohamed-ali-rashwan-of-news-photo/92337727#yasuhiro-yamashita-compete-with-mohamed-ali-rashwan-of-egypt-at-gold-picture-id92337727

Muhammad Rasywan adalah Seorang atlet judo asal Mesir yang telah menyabet banyak medali kejuaraan internasional. Tapi bukan itu sebab ketenarannya, justru pamornya mulai melejit sejak Olimpiade Los Angeles 1984, di mana kala itu ia telah sampai pada babak final melawan Judoka Jepang bernama Yasohiro Yamashita. Dalam pertandingan final tersebut dirinya sengaja mengalah, dikarenakan atlet Jepang yang menjadi lawannya telah terluka di salah satu kakinya. Jiwa sportifnya menolak untuk melawan serius seseorang yang telah cedera, hingga akhirnya ia pun rela hanya mendapatkan medali perak saja. Apa Alasan Sebenarnya?

Saat Muhammad Rasywan ditanya dalam sebuah konferensi pers di Jepang :

"Mengapa engkau menolak untuk menyerang lawanmu di kakinya yang Cedera?"

Ia hanya tersenyum dan berkata, "Agamaku melarangku untuk melukainya."



Rasywan mendapatkan sambutan yang besar di hati masyarakat Jepang, akibat sikap kesatrianya itu, banyak orang yang akhirnya tertarik masuk Islam. Dr. Najih Ibrahim menyebutkan ada seribu orang Jepang masuk Islam setelah itu.

"Saya masih belum menemukan sumber valid tentang berapa jumlah orang Jepang yang masuk Islam karenanya, hanya saja yang pasti, Rasywan telah menikah dengan seorang perempuan Jepang, setelah perempuan tersebut bersyahadat masuk Islam dan mereka telah dikaruniai 3 orang anak.'' sebut Dr. Najih Ibrahim

Muhammad Rasywan telah meraih penghargaan “Fairplay International Award”. 
Di Mesir sendiri, ia mendapat medali tertinggi yang langsung dikalungkan oleh presiden Mesir kala itu.
Itu adalah Muhammad Rasywan.

Lain dengan Muhammad Rasywan, lain pula dengan seorang artis dari belahan dunia lain yang kini lagi nge-hits menjadi obrolan warganet karena sikap noraknya dalam melepas jilbab. Fenomena lepas jilbab sebenarnya bukan kali ini yang pertama, cuman bedanya sang artis ini curhatannya agak potensial menyesatkan jika dibiarkan begitu saja. Apa pula ia membawa-bawa Jepang segala dalam tulisannya:

Ada pelajaran baru yang saya dapat dari penduduk Jepang selama dua hari saya disini. Mayoritas penduduk sini rupanya tidak memiliki kepercayaan terhadap suatu agama, bahkan Tuhan…”
Lalu di akhir kata si artis tersebut berujar :
“Sulit menemukan tempat sampah di sini, tapi juga sulit menemukan sampah berceceran di setiap sudut nya. Satu hal lain yang menarik perhatian saya, ketika saya menemukan beberapa penduduk asli yang tiba-tiba ingin memeluk suatu kepercayaan. Kemudian saya bertanya, kalau hidupmu sudah sebaik ini tanpa agama, lalu kenapa kamu ingin mencari Tuhan dan ingin memiliki agama?”

Coba bandingkan antara keduanya: Raswan dengan akhlak dan normanya dapat menarik orang Jepang untuk masuk Islam, tapi si artis itu justru “mencegah” dan mempertanyakan sikap beberapa orang Jepang yang ingin memeluk “suatu kepercayaan” (apakah yang dimaksud adalah Islam?)
Raswan ibarat ikan laut yang berenang di samudera tapi dirinya tak menjadi asin. Ia tak terpengaruh, tak terkontaminasi dan tetap teguh dengan Keislamannya. Ia tak minder berada di negara maju dan dengan pede menyampaikan ajaran Agamanya yang menjunjung tinggi norma sportifitas. Ia mewarnai, bukan diwarnai.
Sedangkan si artis, ia terlihat begitu gagap. Baru dua hari saja di negara maju dia langsung minder. Ia menilai bahwa kebersihan, kedisiplinan dan sampah yang tak berceceran adalah parameter utama dalam mengukur “Kehidupan yang baik” sekalipun tanpa agama. Mungkin dia piknik-nya kurang lama, atau main-nya yang kurang jauh.
Rasywan bukanlah agamawan, bukan pengkhotbah, bukan pula ulama Al-Azhar yang diutus ke Jepang untuk berdakwah di sana. Ia hanyalah atlet yang bangga dengan agamanya dan pede menyandang Islam-nya di mana saja. Ia berdakwah bukan dengan lisan, tapi dengan perbuatan.
Sedangkan si artis, boro-boro bangga dengan agamanya, bahkan simbol keagamaan berupa jilbab pun ia tanggalkan.
Maka, berangkat dari spirit At-Taubah: 71 yang mengatakan bahwa orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, itu saling menyuruh mengerjakan yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; juga beranjak dari semangat Al-Ashr yang mengatakan bahwa semua manusia itu berada dalam kerugian yang nyata kecuali orang-orang yang saling menasehati supaya mentaati kebenaran… sudah sepatutnya jika kita angkat suara menanggapi pandangan sesat semacam ini, agar yang melenceng bisa kembali lurus, dan yang lurus bisa terus istiqomah.



Dan terkait jilbab, sebenarnya itu merupakan perkara aksioma. Yakin deh, dalam diri setiap muslimah sadar bahwa menutup aurat itu adalah sebuah keharusan, betapapun alasan yang mereka ungkapkan melalui lisan mereka untuk menutupinya. Maka lihatlah, bagaimanapun penampilan seorang muslimah sehari-hari, saat ia shalat maka ia akan mengenakan mukena dan menutup auratnya. Bagaimapun pakaian yang dikenakan seorang muslimah dalam aktifitasnya, saat ia naik Haji pasti ia akan menutup auratnya. Mengapa mereka melakukan itu? Karena mereka sadar itu adalah perintah Tuhan. Lantas, apakah Tuhan yang memerintahkan mereka menutup aurat saat Shalat itu berbeda dengan Tuhan yang memerintahkan mereka menutup aurat dalam aktifitas sehari-sehari? Ini tak perlu dijawab. Cukup jadi bahan perenungan saja.
Semoga kita senantiasa mendapat hidayah dan pertolongan dari-Nya.
sumber : akun facebook    Yusuf Al-Amien



Share:

Rabu, 22 November 2017

Ketika Ulama Memuliakan Ulama, Mengapa Masih Ada "Oknum" Yang Jahil dan Jaim?


Perasaan Cinta dan Sedih mendorong hasrat saya untuk menulis. Namun ada gejolak emosi yang membuat otak tidak mampu mengeluarkan ide apapun untuk mulai menggerakkan jari.

Perasaan Cinta saya kepada para Ulama, layaknya seorang santri mencintai Guru atas segala ilmu yang pernah di ajarkan serta berharap syafaat dan berkah, Namun perasaan Sedih juga tidak bisa saya sembunyikan selama ini, saat mendengar banyak Ulama yang di hina dan di fitnah di Negeri ini.

Kemarahan sempat hinggap saat penghinaan terhadap para Ulama karismatik Aceh dan Ulama nasional dilakukan oleh beberapa "oknum Netizen" di media sosial. Ada yang cuma akun palsu, ada yang cuma anak ingusan jaman now yang cari sensasi dan akhirnya minta maaf setelah ter-cyiduk, bahkan ada pula akun dari kalangan "oknum" tokoh akademisi yang follower-nya mencapai ribuan.

Heran, ternyata semakin tinggi pendidikan, semakin hebat titel dan gelar yang disandang, tidak menjamin seseorang semakin cerdas dan berakhlak.

Tapi lagi-lagi, saya tidak mampu menuliskan apapun untuk mewakili perasaan Cinta, Sedih dan Marah yang bercampur aduk saat Ulama di hina. Hingga semalam, saya membaca sebuah tulisan indah dari seorang Guru saya, yang saya anggap juga sebagai Ulama.

Beliau adalah Bapak Rustam Effendi, dosen saya masa kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala, Walau saya selalu mendapatkan nilai E dan D pada mata kuliah beliau, tidak sedikitpun mengurangi rasa hormat saya pada beliau yang saya anggap juga sebagai Ulama. Karena bagi saya, setiap orang yang berilmu pengetahuan tinggi adalah Ulama dibidangnya, dan setiap orang yang pernah mengajari saya ilmu adalah Guru saya.

Pak Rustam Effendi, saya mohon di izinkan untuk membagikan kembali tulisan bapak di "tembok coretan" saya ini. Semoga diperkenankan.


HORMATILAH ULAMA


"ANDA boleh saja bergelar Doktor yang ahli konduktor, atau jago Matematika dengan kemampuan mengurai rumus hingga bintang tujuh. Anda bisa saja menyandang gelar Profesor yang sangat jago soal kompresor. Mungkin, Anda seorang Master yang dikenal hebat dan ahli obati penyakit udang Lobster. Atau, bisa jadi Anda baru saja menyandang titel Sarjana yang skripsinya memuat masalah dampak bencana, atau cara atasi hama tanaman Pala.

TIDAK masalah. Masing-masing hamba dikurniai hebat dibidangnya sendiri-sendiri. Hidup memang ada yang kita kejar dan disandang. Dengan begitu mungkin orang akan memandang kita. Itu pula yang mungkin membuat kita bernilai dan dikenal.

SIAPA pun kita, sebaiknya tidak lupa diri. Tidaklah memandang remeh orang lain. Setinggi apa pun sekolah dan gelar yang kini kita sandang searifnya tidak mengabaikan orang-orang di sekeliling kita.

ORANGTUA kita yang terutama harus dihormati. Karena mereka kita bisa begini. Ingatlah saat-saat kita dulu masih belum mampu berbuat apa-apa. Ayah-Bunda yang mengasuh dan mengarahkan hidup kita dengan buaian dan belaian kasih sayangnya. Papa-Mama kita juga yang membuat hidup kita jadi bermakna. Tanpa orangtua hidup sangat hampa dan dapat gelap arah jalan kita.

ULAMA juga sosok lain yang tak boleh kita remehkan dalam alur kehidupan ini. Inilah pewaris Nabi, penerang jalan kehidupan di saat-saat kita kehilangan arah. Ulama menjadi tempat bertanya, tidak hanya di saat susah dan gelisah, tapi juga ketika kita sedang dikucuri rahmat dan nikmat.

SAHABATKU, hargailah Ulama. Boleh kita tidak menyanjungnya, tidak mengapa, itu hak kita. Tapi, tetaplah hormati Ulama. Boleh saja Anda bergelar Profesor, Doktor, Master, atau Sarjana, tapi sejatinya jangan pernah hina Ulama, jangan pernah caci Ulama.

TAK mungkin lagi kita bisa bertemu Nabi dalam hidup ini karena tidak akan ada lagi Nabi. Tapi, yakinlah kita tetap akan selalu bertemu Ulama. Ulama juga yang ikut memandikan, mengkafankan, dan mensalatkan ketika kita mati, saat kembali ke haribaan Ilahi, nanti."

PESAN saya, jangan angkuh-congkak-sombong, Kawan.  

Tetap HORMATI ULAMA !♡♡♡♡♡[RE•21•11•2017]


Kutipan

Share:

Senin, 20 November 2017

Ikan Paus Yang Menelan Nabi Yunus Alaihi Salam Masih Hidup?


Salahseorang Nabi yang memiliki kisah unik adalah Nabi Yunus ‘Alaihi Salam lantaran pernah ditelan oleh ikan paus. Hal ini dikarenakan Nabi Yunus mengalami keputus asa-an dalam mendakwahkan kebenaran kepada umatnya sehingga Allah pun mengutus ikan paus guna menelan Nabi Yunus Alaihi Salam.

Hal itu kemudian menjadi ibrah bagi Nabi Yunus untuk banyak bertasbih dan tidak berputus asa dalam mendakwahkan kebenaran. Dan atas izin Allah, Nabi Yunus pun bisa keluar dari perut ikan paus tersebut.
Ayat Ini Bukti Nyata Jika Ikan Paus Yang Menelan Nabi Yunus Masih Hidup
Namun bukan itu saja yang membuat kisah Nabi Yunus menjadi bukti kebesaran Allah. Ternyata diketahui bahwa ikan paus yang menelan Nabi Yunus masih hidup hingga hari ini, bahkan hari kiamat. Meski sulit diterima dengan akal sehat, namun hal ini telah Allah tulis dalam Al Qur’an sebagai bukti kekuasaan-Nya.


فَلَوۡلَآ أَنَّهُ ۥ كَانَ مِنَ ٱلۡمُسَبِّحِينَ (١٤٣) لَلَبِثَ فِى بَطۡنِهِۦۤ إِلَىٰ يَوۡمِ يُبۡعَثُونَ (١٤٤”Jadi bila seumpamanya dia (Yunus) tak termasuk juga beberapa orang yang banyak (bertasbih) mengingat Allah, pasti ia bakal tetaplah tinggal di perut ikan itu hingga Hari Berbangkit.” (QS As Shafat 143-144)

Kisah tentang penyesalan Nabi Yunus dalam perut ikan paus pun tercatat jelas dalam Al Qur’an surat Al Anbiya ayat 87 dan 88.


وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ (87) فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ (88 
”Serta (ingatlah cerita) Dzun Nun (Yunus), saat ia pergi dalam kondisi geram (meinggalkan kaumnya), lantas ia menganggap kalau Kami akan tidak mempersempitnya (menyusahkannya), jadi ia menyeru dalam kondisi yang begitu gelap (di perut ikan) : Laa ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadzdzolimin (Tak ada illah terkecuali Engkau. Maha suci Engkau, sebenarnya saya yaitu termasuk juga beberapa orang yang zalim). ” Jadi Kami sudah memperkenankan doanya serta menyelamatkannya daripada kedukaan serta sekianlah Kami selamatkan beberapa orang yang beriman.” (QS. Al Anbiya’ : 87-88)

Berdasarkan ayat Al Qur’an tersebut, maka sepatutnya bagi kita untuk meyakini masih hidupnya ikan paus yang menelan Nabi Yunus karena apa yang telah Allah firmankan merupakan sebuah kebenaran, layaknya fakta bahwa Nabi Isa akan turun ke bumi untuk memerangi Dajjal. 
Wallahu A’lam.

 Sumber : http://www.kabarmakkah.com
Share:

Minggu, 19 November 2017

Ikan Paus Terdampar Pertanda Apa? Ini Pesan Ulama Aceh, Waspadalah


Masih segar di ingatan kejadian terdamparnya 10 ekor ikan Paus di Aceh Besar beberapa waktu lalu. Peristiwa yang tergolong langka tersebut tidak hanya menjadi pembicaraan hangat di Aceh, bahkan perhatian dunia Internasional. Sejumlah isu pun beredar terkait peristiwa terdamparnya ikan raksasa yang jenisnya di sebut dalam Al Quran dengan kisah Nabi Yunus Alaihi Salam.
Lalu, Apakah ada suatu pertanda kejadian Alam terkait peristiwa ini?


Saya tertarik pada tulisan Ustadz Tgk, Teuku Zulkhairi di status facebooknya, saat menanyakan  kepada seorang Ulama Karismatik Aceh, Almukarram Abu Kuta Krueng, perihal terdamparnya Ikan Paus di Aceh tersebut. 

Berikut saya kutip kembali tulisan beliau, dengan sedikit perbaikan kata tanpa mengurangi isi dan makna.
Sepulang dari mengisi sebuah pelatihan di Bireuen, saya (Tgk, Teuku Zulkhairi) minta pada Tgk Muhammad Zikri untuk diantarkan ke Dayah Darul Munawwarah Kuta Krueng Ulee Glee.Alhamdulillah, dengan ditemani guru senior di Dayah tersebut  Tgk Mujlis Darul Munawwarah hampir jam 11 malam, akhirnya bisa meminta petuah Abu Kuta Krueng, setelah selesai dengan masyarakat lain yang sudah duluan antri. Abu Kuta Krueng, sebagaimana jg para ulama lainnya senantiasa berinteraksi dengan masyarakat dalam hampir keseluruhan waktu dan hari-hari beliau. Ada masyarakat yg datang bertanya, minta tolong, minta dido'akan, minta nasehat, curhat dan seterusnya. Dan tentu saja, plus all out kebanyakan waktu beliau untuk membina generasi muda Aceh di Dayah beliau yang "Legendaris".  
Mengetahui saya dari Banda Aceh, Abu Kuta Krueng dengan semangat mengingatkan bahaya aktual komunisme. Menurut informasi, Abu Kuta Krueng memang dari dulu selalu mendoakan umat Islam dan negara ini dari bahaya makar Komunisme/ PKI. 
Setelah itu, akhirnya saya menyampaikan informasi terdamparnya Ikan Paus di perairan Aceh, Sebagaimana sebelum tsunami dulu hal serupa juga pernah terjadi. Lalu kami bertanya "apa tanda dari kejadian ini dan nasehat beliau untuk kami dan juga masyarakat Aceh.  
Lama Abu Kuta Krueng menunduk, dan kami pun terdiam hening.


Hingga kemudian, beliau mengingatkan sebuah pesan yang setiap jumat juga disampaikan para khatib shalat jum'at.
"Bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa. Dan janganlah kalian mati kecuali kalian dlm keadaan Islam".
Itulah nasehat ringkas Abu Kuta Krueng dimana beliau mengutip sebuah ayat pesan taqwa. Sebuah nasehat yg padat.
Kalau kita membaca buku-buku dan kitab tentang apa itu taqwa, maka kita akan menemukan sejumlah kriteria taqwa, Seperti beriman pada yang Ghaib, yaitu akan adanya hari kiamat dan adanya Malaikat (sesuatu yg tidak dipercayai kaum komunis). 

Kriteria berikutnya yaitu mendirikan shalat (sebagai tiang agama), puasa, rajin ber-istighfar di sepertiga malam, sabar menghadapi musibah, Tahajjud, suka memaafkan kesalahan orang lain, suka menginfakkan harta di jalan Allah di waktu sempit maupun lapang, menahan amarah dan seterusnya. 
Itulah di antara beberapa kriteria Taqwa disamping kriteria yang lainnya. Semoga Allah jadikan taqwa sebagai pakaian kita semuanya, karena sebaik-baik bekal di akhirat adalah Taqwa. 

Lalu, terkait dengan nasehat "Dan janganlah kalian mati kecuali dlm keadaan Islam", marilah kita berjuang sekuat tenaga dan berdo'a agar istiqamah di jalan Islam (mengikuti syari'at) sehingga akan meninggalkan dunia ini dalam keadaan kita sebagai Muslim atau muslimah dan Husnul Khatimah. 

Ini adalah nasehat penting di (akhir) zaman yang penuh fitnah, seperti diperingatkan oleh Rasulullah Sallallahu alaihi wa Sallam dalam hadis-hadis beliau, bahwa akan datang suatu zaman dimana banyak yang paginya beriman dan menjadi kafir di waktu sore. Begitulah sekilas gambaran sulitnya mempertahankan iman dan islam di akhir zaman. 

Oleh sebab itu, mari saling mengingatkan dan mendo'akan, jangan menjadi Sekuler, Liberal, Pluralisme Agama dan seterusnya. Dan tetaplah dalam Ahlussunnah wal Jama'ah sebagai sebuah Paradigma yang Tawasuth (moderat) di antara yang terlalu ke kiri atau terlalu ke kanan. 

Kita tidak bisa lari dari kematian dan apapun yang sudah atau akan ditaqdirkan oleh Allah Subhanahu wa Taalah, tapi kita bisa berjuang untuk meraih taqwa dan mempertahankan keimanan kita, sehingga Aqidah kita tetap Salim (selamat) dari hal-hal yang mengotorinya.Oleh sebab itu, marilah kita selalu berdo'a agar bisa meninggalkan dunia ini dlm keadaan Husnul Khatimah. Amiin ya Allah

sumber : akun Facebook Teuku Zulkhairi
Share:

ACEHREPORTER.COM

VIDEO LEGEND