๐Œ๐„๐ƒ๐ˆ๐€ ๐‘๐„๐๐Ž๐‘๐“๐€๐’๐„ ๐†๐‹๐Ž๐๐€๐‹


๐Ÿ…ฟ๐Ÿ…ด๐Ÿ…ผ๐Ÿ…ฑ๐Ÿ…ฐ๐Ÿ…ฒ๐Ÿ…ฐ

Tampilkan postingan dengan label Gay. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Gay. Tampilkan semua postingan

Senin, 18 Desember 2017

LGBT? Jika Ketemu Usir dari Nanggroe, Jika "Berhubungan" Bunuh, Lempar Dari Ketinggian dan Rajam


Dalam Syariat Islam, banci/waria atau pelaku LGBT dengan kelainan mental mendapatkan sanksi berat, bukan malah dilindungi apalagi dipopulerkan. Tak main-main, sanksi bagi banci dari mulai ta’zir hingga hukuman mati bila ia melakukan perilaku seks yang menyimpang seperti homo seksual. Lelaki banci yang sengaja bertingkah seperti wanita (pura-pura) tidak lepas dari dua keadaan:
Pertama: Pelaku LGBT atau laki-laki yang sengaja bertingkah sebagai banci tanpa terjerumus dalam perbuatan keji, ini tergolong maksiat yang tidak ada had maupun kaffaratnya. Sanksi yang pantas diterimanya bersifat ta’zir (ditentukan berdasarkan pertimbangan hakim), sesuai dengan keadaan si pelaku dan kelakuannya. Dalam hadits disebutkan, Nabi Shallallรขhu ‘alaihi wa sallam menjatuhkan sanksi kepada orang banci dengan mengasingkannya atau mengusirnya dari rumah. Demikian pula yang dilakukan oleh para Sahabat sepeninggal beliau.
ุนَู†ِ ุงุจْู†ِ ุนَุจَّุงุณٍ، ู‚َุงู„َ: ู„َุนَู†َ ุงู„ู†َّุจِูŠُّ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ุงู„ู…ُุฎَู†َّุซِูŠู†َ ู…ِู†َ ุงู„ุฑِّุฌَุงู„ِ ูˆَุงู„ู…ُุชَุฑَุฌِّู„ุงَุชِ ู…ِู†َ ุงู„ู†ِّุณَุงุกِ، ูˆَู‚َุงู„َ: «ุฃَุฎْุฑِุฌُูˆู‡ُู…ْ ู…ِู†ْ ุจُูŠُูˆุชِูƒُู…ْ ู‚َุงู„َ: ูَุฃَุฎْุฑَุฌَ ุงู„ู†َّุจِูŠُّ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ูُู„ุงَู†ًุง، ูˆَุฃَุฎْุฑَุฌَ ุนُู…َุฑُ ูُู„ุงَู†ًุง
Dari Ibnu Abbas, katanya, “Nabi Shallallรขhu ‘alaihi wa sallam melaknat para lelaki mukhannats dan para wanita mutarajjilah. Kata beliau, ‘Keluarkan mereka dari rumah kalian’, maka Nabi Shallallรขhu ‘alaihi wa sallam mengusir Si Fulan, sedangkan Umar mengusir Si Fulan” (HR. Bukhari).
Adapun ta’zir yang diberlakukan meliputi:
  1. Ta’zir berupa penjara.
ู…ุฐู‡ุจ ุงู„ุญู†ููŠุฉ : ุฃู† ุงู„ู…ุบู†ูŠ ูˆุงู„ู…ุฎู†ุซ ูˆุงู„ู†ุงุฆุญุฉ ูŠุนุฒุฑูˆู† ูˆูŠุญุจุณูˆู† ุญุชู‰ ูŠุญุฏุซูˆุง ุชูˆุจุฉ
Menurut madzhab Hanafi, lelaki yang kerjaannya menyanyi, banci, dan meratapi kematian pantas dihukum dengan penjara sampai mereka bertaubat. (Al-Mabsuth, 27/205)
  1. Ta’zir berupa pengasingan.
ูˆู…ุฐู‡ุจ ุงู„ุดุงูุนูŠุฉ ูˆุงู„ุญู†ุงุจู„ุฉ :ู†ููŠ ุงู„ู…ุฎู†ุซ ู…ุน ุฃู†ู‡ ู„ูŠุณ ุจู…ุนุตูŠุฉ ูˆุฅู†ู…ุง ูุนู„ ู„ู„ู…ุตู„ุญุฉ
Menurut madzhab Syafi’i dan Hambali, seorang banci hendaklah diasingkan walaupun perbuatannya tidak tergolong maksiat (alias ia memang banci asli). Akan tetapi pengasingan tadi dilakukan untuk mencari kemaslahatan. (Mughnil Muhtรขj, 4/192; al-Fatawa al-Kubra, 5/529)
Ibnul-Qayyim rahimahullรขh mengatakan,
ู…ู† ุงู„ุณูŠุงุณุฉ ุงู„ุดุฑุนูŠุฉ ู†ุต ุนู„ูŠู‡ ุงู„ุฅู…ุงู… ุงุญู…ุฏ ู‚ุงู„ ููŠ ุฑูˆุงูŠุฉ ุงู„ู…ุฑูˆุฒูŠ ูˆุงุจู† ู…ู†ุตูˆุฑ ุงู„ู…ุฎู†ุซ ูŠู†ููŠ ู„ุฃู†ู‡ ู„ุง ูŠู‚ุน ู…ู†ู‡ ุฅู„ุง ุงู„ูุณุงุฏ ูˆุงู„ุชุนุฑุถ ู„ู‡ ูˆู„ู„ุฅู…ุงู… ู†ููŠู‡ ุฅู„ู‰ ุจู„ุฏ ูŠุฃู…ู† ูุณุงุฏ ุงู‡ู„ู‡ ูˆุฅู† ุฎุงู ุนู„ูŠู‡ ุญุจุณู‡. ุจุฏุงุฆุน ุงู„ููˆุงุฆุฏ 3 / 694
“Termasuk siasat syar’i yang dinyatakan oleh Imam Ahmad, ialah hendaklah seorang banci itu diasingkan; sebab orang banci hanya menimbulkan kerusakan dan pelecehan atas dirinya. Penguasa berhak mengasingkannya ke negeri lain yang di sana ia terbebas dari gangguan orang-orang. Bahkan jika dikhawatirkan keselamatannya, orang banci tadi boleh dipenjara” (Badai’ul Fawaid 3/694).
Kedua: banci yang melakukan praktik homo seksual dan lesbi atau pelaku LGBT
Sebagian Hanabilah menukil ijma’ (kesepakatan) para shahabat bahwa hukuman bagi pelaku gay atau homo harus dibunuh. Mereka berdalil dengan hadits:
ู…َู†ْ ูˆَุฌَุฏْุชُู…ُูˆْู‡ُ ูŠَุนْู…َู„ُ ุนَู…َู„َ ู‚َูˆْู…َ ู„ُูˆْุทٍ ูَุงู‚ْุชُู„ُูˆْุง ุงู„ْูَุงุนِู„َ ูˆَ ุงู„ْู…َูْุนُูˆْู„َ ุจِู‡ِ
“Siapa saja di antara kalian mendapati seseorang yang melakukan perbuatan kaum Luth maka bunuhlah pelakunya beserta pasangannya.“ (HR. Ahmad)
Abdullah bin Abbas berkata,
ูŠُู†ْุธَุฑُ ุฅِู„َู‰ ุฃَุนْู„َู‰ ุจِู†َุงุกٍ ูِูŠ ุงู„ْู‚َุฑْูŠَุฉِ، ูَูŠُุฑْู…َู‰ ุงู„ู„ُّูˆْุทِูŠُّ ู…ِู†ْู‡ُ ู…ُู†َูƒِّุจًุง، ุซُู…َّ ูŠُุชَّุจَุนُ ุจِุงู„ْุญِุฌَุงุฑَุฉِ
“Ia (pelaku gay) dinaikkan ke atas bangunan yang paling tinggi di satu kampung, kemudian dilemparkan darinya dengan posisi pundak di bawah, lalu dilempari dengan bebatuan.”
Sedangkan Imam Abu Hanifah rahimahullรขh berpendapat,
ูˆุฐู‡ุจ ุฃุจูˆ ุญู†ูŠูุฉ ุฅู„ู‰ ุฃู†ّ ุนู‚ูˆุจุชู‡ ุชุนุฒูŠุฑูŠّุฉ ู‚ุฏ ุชุตู„ ุฅู„ู‰ ุงู„ู‚ุชู„ ุฃูˆ ุงู„ุฅุญุฑุงู‚ ุฃูˆ ุงู„ุฑّู…ูŠ ู…ู† ุดุงู‡ู‚ ุฌุจู„ ู…ุน ุงู„ุชّู†ูƒูŠุณ ، ู„ุฃู†ّ ุงู„ู…ู†ู‚ูˆู„ ุนู† ุงู„ุตّุญุงุจุฉ ุงุฎุชู„ุงูู‡ู… ููŠ ู‡ุฐู‡ ุงู„ุนู‚ูˆุจุฉ
“Hukumannya adalah ta’zir yang bisa sampai ke tingkat eksekusi, (seperti:) dibakar, atau dilemparkan dari tempat yang tinggi. Sebab para sahabat juga berbeda pendapat tentang cara menghukumnya.” (Al-Mabsuth 11/78).
Ketiga, para wanita pelaku lesbi.
Sementara bagi pelaku lesbi, berbeda dengan homo seksual alias gay. Lesbi adalah perbuatan yang haram. Para ulama menggolongkannya sebagai dosa besar. Para ulama sepakat bahwa pelaku lesbi tidak dihukum had. Karena lesbi bukan zina. Hukuman bagi pelaku lesbi adalah ta’zir, dimana pemerintah berhak menentukan hukuman yang paling tepat, sehingga bisa memberikan efek jera bagi pelaku perbuatan haram ini.
ุงุชَّูَู‚َ ุงู„ْูُู‚َู‡َุงุกُ ุนَู„َู‰ ุฃَู†َّู‡ُ ู„ุง ุญَุฏَّ ูِูŠ ุงู„ุณِّุญَุงู‚ِ ; ู„ุฃَู†َّู‡ُ ู„َูŠْุณَ ุฒِู†ًู‰ . ูˆَุฅِู†َّู…َุง ูŠَุฌِุจُ ูِูŠู‡ِ ุงู„ุชَّุนْุฒِูŠุฑُ ; ู„ุฃَู†َّู‡ُ ู…َุนْุตِูŠَุฉٌ
Ulama sepakat bahwa tidak ada hukuman had untuk pelaku lesbi. Karena lesbi bukan zina. Namun wajib dihukum ta’zir (ditentukan pemerintah), karena perbuatan ini termasuk maksiat. (Mausu’ah Fiqhiyah, 24: 252).
ูˆَู„ุง ุญَุฏَّ ุนَู„َูŠْู‡ِู…َุง ู„ุฃَู†َّู‡ُ ู„ุง ูŠَุชَุถَู…َّู†ُ ุฅูŠู„ุงุฌًุง ( ูŠุนู†ูŠ ุงู„ุฌู…ุงุน ) , ูَุฃَุดْุจَู‡َ ุงู„ْู…ُุจَุงุดَุฑَุฉَ ุฏُูˆู†َ ุงู„ْูَุฑْุฌِ , ูˆَุนَู„َูŠْู‡ِู…َุง ุงู„ุชَّุนْุฒِูŠุฑُ
“Tidak ada hukuman had untuk pelakunya, karena lesbi tidak mengandung jima (memasukkan kemaluan ke kemaluan). Sehingga disamakan dengan cumbuan di selain kemaluan. Namun keduanya wajib dihukum ta’zir.” (Al-Mughni, 9:59). 
Wallahu a’lam bish shawab.
Share:

ACEHREPORTER.COM

VIDEO LEGEND